Kinerja BRI Didorong oleh Transformasi Teknologi dan Human Capital

Kinerja BRI Didorong oleh Transformasi Teknologi dan Human Capital

Jakarta — Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) semakin kuat. Tak hanya mempertahankan posisinya sebagai bank pencetak laba terbesar di Tanah Air, kinerja bank yang dipimpin Suprajarto ini makin bersinar. Selain meraih posisi sebagai bank terbesar di Indonesia, BRI juga kini juga menduduki posisi ketiga besar di ASEAN dari sisi kapitalisasi pasar setelah DBS dan BCA. Dengan posisi kinerja yang dimilikinya, maka BRI sudah mendekati visi yang ingin diraihnya pada 2022, yaitu menjadi The Most Valuable Bank in South East Asia and Home The Best Talent.

Karena memiliki visi yang sangat challenging di tengah makin ketatnya kompetisi dan perubahan pasar dalam melakukan transaksi keuangan, maka BRI sudah melakukan transformasi di sejumlah area seperti technology, business process, dan human capital. Menurut Indra Utoyo, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BRI, menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi berskala besar seperti BRI untuk melakukan transformasi digital. “Sebagai bank besar tentu kami harus melakukan balancing, maka kami menggunakan strategi hybrid company model,” ujarnya kepada infobanknews.com di Jakarta, Selasa (6/8/19).

Indra menambahkan, digitalisasi adalah tentang bagaimana meningkatkan operational excellence dan fokus pada efisiensi. Sedangkan, digital adalah tentang menciptakan produk dengan fokus pada customer centric, inovasi model bisnis, dan customer experience yang lebih baik. “BRI sudah menyiapkan digitalisasi dan digital dengan membentuk kelompok atau grup Digitize Core dan grup Digital,” imbuhnya.

Selain di bidang teknologi digital, transformasi di bidang human capital akan sangat menentukan masa depan BRI. Menurut Sophia Alizsa, Direktur Human Capital BRI, organisasi BRI tidak hanya berskala besar dengan jumlah pegawai 124 ribu orang namun sudah terjadi pergeseran dengan hadirnya generasi milenial yang porsinya sudah mencapai 80%. BRI juga harus merespon perubahan eksternal seperti volatility ekonomi global serta era disruption dengan hadirnya layanan keuangan berbasis teknologi.“BRI harus punya komitmen yang sungguh-sungguh untuk human development, bagaimana meningkatkan kemampuan dan skill, dan itu harus terjadi di setiap lini,” ujarnya kepada infobanknews.com.

Menurut Sophia, untuk merespon berbagai tantangan baru tersebut, pengelolaan human capital diarahkan kepada pengembangan leadership, pengembangan talent, e-skilling pegawai serta culture and engagement. “Jadi sangat penting bagi BRI beserta perusahaan-perusahaan anak untuk membangun kapabilitas organisasi yang adaptif, fleksibel, dan agile,” jelasnya.

Untuk membangun human capital, BRI sendiri sudah mengembangkan BRI Corporate University yang pada 2018 mendapatkan penghargaan sebagai The Best Corporate University oleh sebuah lembaga independen. (*) Jovian

Related Posts

News Update

Top News