Poin Penting
- Bank-bank ASEAN tertarik masuk Indonesia karena Net Interest Margin (NIM) perbankan masih tinggi di level 4,58 persen per Juni 2025.
- Kinerja perbankan nasional solid, ditunjukkan oleh pertumbuhan aset, kredit, dan Dana Pihak Ketiga (DPK), serta likuiditas yang masih longgar.
- Permodalan dan kualitas aset kuat, dengan CAR tertinggi di ASEAN sebesar 26,2 persen dan NPL gross terjaga di level 2,2 persen.
Jakarta – Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Hery Gunardi mengungkapkan banyak negara-negara di kawasan ASEAN yang ingin memiliki bisnis perbankan di Indonesia.
Hery menerangkan hal itu disebabkan oleh Net Interest Margin (NIM) perbankan di Tanah Air cukup ‘tebal’. Adapun per Juni 2025 NIM perbankan nasional berada di level 4,58 persen.
“Itu yang membuat banyak bank dari Malaysia, dari Singapura bahkan dari India ingin memiliki bisnis bank di Indonesia, karena melihat bahwa NIM kita itu masih sangat bagus dan cukup tinggi,” ujar Hery dalam Big Conference yang dipantau secara daring, Senin, 8 Desember 2025.
Baca juga: Terlalu! Bank Non Himbara Dilarang Kelola DHE, Langkah Mundur Tata Kelola Ekonomi Indonesia
Sementara itu, aset perbankan juga masih tumbuh di angka 9,43 persen per Juni 2025, pertumbuhan kredit/pembiayaan naik 7,7 persen, dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh 8,45 persen. Bahkan, loan to deposi ratio (LDR) berada di posisi rendah di level 84,2 persen.
“LDR yang rendah ini menunjukkan bahwa bank itu punya duit likuid artinya bank very agresif melaksanakan ekspansif penyaluran kredit, ini masih banyak ruang untuk melakukan pembiyaan atau menyalurkan kredit,” ucap Hery.
Permodalan dan Kualitas Aset Perbankan Sangat Kuat
Di sisi lain, Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan juga cukup kuat sebesar 26,2 persen. Hery mengatakan angka tersebut yang paling tertinggi di kawasan ASEAN.
“CAR perbankan sangat tebal, kuat ya sebesar 26,2 persen dan ini menurut saya tertinggi di kawasan ASEAN, bank-bank di Singapura, Malaysia dan juga Thailand gak sebesar ini, Indonesia CAR-nya cukup tinggi, permodalanya cukup tinggi,” imbuhnya.
Baca juga: Menelusuri Jejak dan Khodam Para Bankir di Alas Purwo
Lebih lanjut, non-performing loan (NPL) gross terjaga di level 2,2 persen. Menurut Hery, angka-angka tersebut mencerminkan perbankan Indonesia yang masih baik.
“Jadi secara umum kalau kita lihat perbankan Indonesia masih baik,” imbuh Hery. (*)
Editor: Yulian Saputra










