Jakarta–Stabilitas dan daya tahan perbankan nasional dinilai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) relatif baik, terutama dengan cukup tebalnya tingkat permodalan.
“Permodalan perbankan masih dinilai resilient dalam menyerap risiko sebagaimana CAR yang relatif tinggi. Rentabilitas masih stabil dengan tingkat efisiensi yang membaik seiring turunnya BOPO dan meningkatnya ROA,” tukas Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II OJK, Budi Armanto dalam Seminar Nasional Infobank Outlook di Jakarta, Kamis, 27 Oktober 2016.
BOPO relatif stabil di level 81,31% per Agustus 2016, dibanding posisi Juli yang di level 81,37%. Return on asset (ROA) naik super tipis dari 2,35% di Juli, menjadi 2,36% pada Agustus. Dari sisi marjin bunga bersih (NIM) stabil di level 5,59%. Sedangkan rasio kecukupan modal (CAR) naik dari 23,19% di Juli, menjadi 23,26% di Agustus.
Namun untuk rasio kredit bermasalah (NPL) secara gross mengalami kenaikan dari 3,18% di Juli menjadi 3,22% pada Agustus tahun ini.
“Risiko kredit meningkat namun masih relatif rendah utamanya disebabkan oleh lambannya penyaluran kredit baru. Sementara itu, kondisi likuiditas masih tetap terjaga meskipun mengalami pengetatan. Ke depan, tekanan risiko likuiditas akann berkurang seiring dengan meningkatnya realisasi belanja pemerintah,” terang Budi.
Per Agustus 2016, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat industri perbankan membukukan pertumbuhan kredit sebesar 6,83% secara setahunan. Sedikit turun dibanding posisi Juli sebesar 7,74%. Begitu pula dari sisi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang sedikit melambat dari 5,93% secara setahunan di Juli, menjadi 5,58% di Agustus. (*)
Editor: Paulus Yoga