Categories: Analisis

Kenapa Daya Beli Lemah Meski Pendapatan Naik? Ini Penjelasan Perbanas

Jakarta - Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menemukan anomali dalam perilaku ekonomi masyarakat Indonesia. Chief Economist Perbanas, Dzulfian Syafrian, menilai meski pendapatan masyarakat meningkat, pengeluaran justru menurun.

Berdasarkan temuan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), pendapatan riil nasional naik dari 0,98 persen pada 2023 menjadi 1,95 persen pada 2024. Namun, pengeluaran masyarakat anjlok dari 5,44 persen menjadi hanya 0,57 persen.

Dzulfian menjelaskan, penurunan konsumsi terutama dipicu oleh kelompok menengah atas.

“Konsumsi (masyarakat) turun, itu karena di-drive atau didorong oleh 30 persen dari orang kaya atau kelompok menengah atas di Indonesia,” terang Zulfian di agenda Kelas Jurnalis Perbanas, Rabu, 20 Agustus 2025.

Baca juga: Daya Beli Lesu tetapi Ekonomi Tumbuh 5,12 Persen, Ekonom Mengaku Bingung

Jika ditelusuri lebih lanjut, kelompok menengah atas ini mengalami kontraksi pengeluaran rill sampai menyentuh angka -0,12 persen secara year-on-year (yoy).

Sebaliknya, kelompok menengah bawah dan kelas bawah justru mengalami lonjakan pengeluaran rill, masing-masing sampai 3,17 persen (yoy) dan 4,85 persen (yoy).

Peran Subsidi dan Bantuan Sosial

Dzulfian menyebut peningkatan konsumsi masyarakat menengah bawah tidak lepas dari bantuan sosial dan subsidi pemerintah. Namun, dominasi konsumsi tetap berada di tangan kelas menengah atas.

“Jadi, meskipun mereka minoritas, tapi, di tahun 2024 itu, mereka menguasai sekitar 52,67 persen atau lebih dari setengah (dari konsumsi). Ketika yang atas ini turun, pasti ekonomi nasional juga turun. Karena magnitude-nya mereka ini besar sekali,” terangnya.

Baca juga: Daya Beli Melemah, Ini Rekomendasi Kebijakan Strategis dari Perbanas

Alasan Menahan Belanja

Penurunan belanja kelas menengah atas bukan tanpa alasan. Kondisi ini terjadi seiring dengan turunnya pendapatan mereka hingga -3,29 persen pada 2024.

Selain itu, Zulfian menyebut, dengan mayoritas kelompok menengah atas yang sudah lebih “melek” finansial, mereka paham bahwa tahun 2024 akan penuh dengan gejolak dan ketidakpastian.

“Orang-orang menengah atas ini kan, mereka orang-orang pintar. Mereka orang-orang yang teredukasi. Dan mereka tahu, tahun 2024 politik, pergantian presiden pula, banyak ketidakpastian,” ujarnya.

Page: 1 2

Yulian Saputra

Recent Posts

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

30 mins ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

2 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

2 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

3 hours ago

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI, Bukti Peran Strategis dalam Stabilitas Ekonomi RI

Poin Penting Bank Mandiri raih 5 penghargaan BI 2025 atas kontribusi di makroprudensial, kebijakan moneter,… Read More

3 hours ago

Segini Kekayaan Menhut Raja Juli Antoni yang Diminta Mundur Anggota DPR

Poin Penting Menhut Raja Juli Antoni dikritik keras terkait banjir dan longsor di Sumatra, hingga… Read More

3 hours ago