Jakarta – Pemahaman terkait indikator keuangan sebuah bank penting untuk dijadikan acuan dalam mengukur kesehatan dan kekuatan finansial institusi tersebut. Hal ini krusial untuk menjamin kelangsungan operasional yang berkelanjutan sekaligus mendukung pertumbuhan bisnis.
Financial Planning and Accounting Division Head Bank Mega Syariah, Hasrul Abdurahman, menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi tolok ukur kesuksesan finansial sebuah bank, antara lain perolehan laba serta keseimbangan antara aset, modal, dan kualitas portofolio pembiayaan yang dimiliki.
Selain itu, penting juga untuk memantau rasio likuiditas seperti Financing to Deposit Ratio (FDR), yang menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan mendukung pembiayaan secara berkelanjutan.
“Hal tersebut menjadi kunci penting dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas finansial, serta mendukung pencapaian target yang telah ditetapkan,” ujar Hasrul dalam Workshop di Menara Mega Syariah, Kamis, 6 Februari 2025.
Baca juga: Bank Mega Syariah Fokus Garap Segmen Korporasi di 2025, Begini Strateginya
Hasrul menambahkan, Bank Mega Syariah terus berupaya meningkatkan efisiensi operasional, memperkuat manajemen risiko, serta memastikan adanya inovasi produk dan layanan yang mampu menarik minat nasabah, baik di sektor ritel maupun korporasi.
Laba dan Fungsi Intermediary sebagai Indikator Utama
Hasrul menjelaskan bahwa laba sebagai salah satu indikator kesuksesan finansial bank dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti fungsi intermediary yang berjalan dengan optimal. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan operasional dari margin pembiayaan serta fee based income (FBI).
Selain itu, efisiensi biaya dalam pengelolaan operasional juga berperan penting. Pengeluaran yang terkendali akan meningkatkan margin laba dan mendukung pertumbuhan laba secara berkelanjutan.
Strategi Pertumbuhan dan Diversifikasi Pembiayaan
Dalam menjaga fungsi intermediary tetap berjalan dengan baik, Bank Mega Syariah menerapkan strategi yang berfokus pada pertumbuhan pembiayaan yang sehat dan berkelanjutan.
Langkah itu dilakukan untuk memastikan kualitas aset yang baik, memperkuat analisis risiko sebelum menyalurkan pembiayaan, serta memperluas basis nasabah melalui produk dan layanan yang kompetitif.
Baca juga: Bank Mega Syariah Berikan Beasiswa untuk 100 Mahasiswa Berprestasi
Di sisi lain, diversifikasi portofolio pembiayaan juga menjadi strategi penting untuk mengurangi risiko konsentrasi di sektor tertentu. Dengan demikian, bank dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi ekonomi.
Kinerja Bank Mega Syariah Tahun 2024
Sebagai informasii, sepanjang 2024, Bank Mega Syariah berhasil meningkatkan penyaluran pembiayaan lebih dari 10 persen dibandingkan 2023. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 2,82 persen. Pertumbuhan ini mendorong rasio FDR berada di posisi yang sehat, yakni 77,08 persen.
Hasrul menjelaskan bahwa salah satu indikator utama dalam mengukur efektivitas pengelolaan aset adalah Return on Asset (ROA), yang menunjukkan seberapa efisien bank dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki.
“Peningkatan ROA mencerminkan strategi pengelolaan aset yang optimal, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap kinerja keuangan yang lebih solid dan berkelanjutan,” jelasnya.
Baca juga: Meski Penuh Tantangan, Bank Mega Syariah Harap Bisnis Wealth Management Tumbuh 10 Persen di 2024
Sementara itu, pada 2024, Bank Mega Syariah mencatatkan peningkatan aset hingga 10,15 persen dari posisi 2023. Sejalan dengan pertumbuhan aset tersebut, ROA juga mengalami peningkatan dari 1,96 persen pada 2023 menjadi 2,04 persen pada 2024. (*)
Editor: Yulian Saputra