Moneter dan Fiskal

Kenaikan Suku Bunga The Fed yang Signifikan Bakal Picu Resesi

Jakarta – The Federal Reserve (The Fed) dinilai tak akan bisa menjinakkan inflasi tanpa menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi, yang mana justru dapat menyebabkan resesi. Hal ini dinyatakan dalam sebuah laporan riset yang dikutip dari CNBC, 27 Februari 2023. Mantan Gubernur The Fed Frederic Mishkin disebut-sebut sebagai salah satu penulis laporan riset yang dirilis Jumat lalu itu.

Laporan itu menyebutkan bahwa “soft landing” yang selama ini diidam-idamkan oleh para pemangku kebijakan ekonomi di AS sepertinya tak akan bisa terwujud. “Kita tidak menemukan satu contoh pun yang menunjukkan bank sentral AS dapat menciptakan disinflasi tanpa sebuah resesi,” jelas laporan yang juga ditulis bersama oleh sejumlah ekonom seperti Stephen Cecchetti, Michael Feroli, Peter Hooper, dan Kermit Schoenholtz itu.

Seperti diketahui, The Fed telah menerapkan serangkaian kenaikan suku bunga acuan dalam upaya untuk menjinakkan inflasi yang telah berada di puncak tertinggi selama 41 tahun terakhir. Pasar memprediksi The Fed akan tetap menaikkan suku bunga acuannya beberapa kali sebelum akhirnya berhenti sejenak untuk mengevaluasi dampak kebijakan yang ada bagi ekonomi.

“Simulasi pada riset kita memperlihatkan bahwa The Fed akan tetap mengetatkan kebijakannya secara signifikan dalam beberapa waktu mendatang untuk mencapai target penurunan inflasi di akhir 2025,” ujar para analis di laporan itu.

“Analisis kita menunjukkan keraguan akan kemampuan The Fed untuk menciptakan soft landing, dengan target inflasi tercapai di level 2% di akhir 2025 tanpa adanya resesi kecil,” tambah laporan itu.

Menjawab hasil laporan itu, Gubernur The Fed Philip Jefferson menyatakan bahwa situasi saat ini berbeda dengan kondisi-kondisi inflasi sebelumnya. Ia menegaskan, The Fed saat ini memiliki kredibilitas lebih baik sebagai pengendali inflasi ketimbang masa sebelumnya.

“Tak seperti era akhir 1960an dan 1970an, the Federal Reserve saat ini mengendalikan inflasi secara tepat dan sungguh-sungguh untuk menjaga kredibilitas dan stabilitas inflasi jangka panjang,” terang Philip. (*) Steven Widjaja

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Rupiah Diperkirakan “Keok”, Usai Suku Bunga The Fed Dipangkas 25 Bps

Jakarta – Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) usai pengumuman suku bunga acuan AS… Read More

42 mins ago

Duh, Hampir Separuh BUMD Merugi Gara-gara “Ordal”

Jakarta – Dari 1.057 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang ada di Indonesia, hampir separuhnya… Read More

2 hours ago

IHSG Dibuka Anjlok 1,15 Persen ke Level 7.025

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka anjlok sebanyak 1,15 persen ke level 7.025,98… Read More

3 hours ago

IHSG Diproyeksi Melemah Terbatas, Ini Sederet Pemicunya

Jakarta –  Pilarmas Investindo Sekuritas melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal hari ini… Read More

3 hours ago

Harga Emas Antam Anjlok Rp15.000, Sekarang Cuma Segini per Gramnya

Jakarta -  Harga emas Antam atau bersertifikat PT Aneka Tambang hari ini, Rabu, 13 September… Read More

3 hours ago

Pemerintah Egois! Rupiah Loyo, PPN 12 Persen, Plus Biaya Opsen Kendaraan dan Kebocoran Anggaran 70 Persen

Oleh Eko B. Supriyanto, Chairman Infobank Media Group HIDUP makin berat. Awal 2025 semuanya menjadi… Read More

6 hours ago