Pasar Modal

Kenaikan Suku Bunga AS Beri Dampak Jangka Pendek ke Pasar Obligasi

Jakarta – Kebijakan suku bunga AS atau Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan tidak akan meningkat secara agresif hingga akhir tahun 2022. Hal ini dilihat dari adanya harapan penurunan angka kenaikan suku bunga yang lebih kecil dari 100 bps ke 75 bps hingga 25 bps. Sehingga, akan kembali ke posisi normal.

“Ada beberapa di pasar. mengharapkan 100 bps kenaikan poin minggu ini, apakah kita mengharapkan pada 75 basis poin? dan kami pikir setelah itu, akan ada kenaikan menjadi 15 kemudian ke 25, jadi kenaikan akan menjadi lebih kecil, serta itu akan berakhir tahun ini, tidak akan ke 2023,” ucap Radhika Rao, Senior Economist, DBS Bank Indonesia dalam Group Interview, Selasa, 26 Juli 2022.

Head of Trading Treasury & Market, DBS Bank, Ronny Setiawan, menjelaskan bahwa jika melihat pada kenaikan FFR yang masih agresif hingga pertengahan tahun ini, memiliki dampak jangka pendek terhadap pasar saham Indonesia, khususnya pada pasar obligasi yang mengalami outflow sebesar 7,8 miliar.

“Di pasar saham itu ada in flow 3,4 billion tapi di pasar surat utang itu ada outflow 7,8 billion jadi ada in flow di saham outflow di obligasi. Kalau waktu suku bunga fed naiknya kenceng sedangkan rupiahnya sama, jadi interdifferensialnya akan menyempit sehingga atractive dari obligasi kita itu berkurang ” ujar Ronny dalam kesempatan yang sama.

Meskipun kenaikan suku bunga berdampak pada obligasi rupiah yang telah naik hingga 150 bps pada awal tahun dan sebanyak 23-25% obligasi dimiliki oleh perbankan, hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi performance dari perbankan di Indonesia dikarenakan likuiditasnya masih positif.

“Karena likuiditasnya masih plus, jadi masih positif, sebenernya impactnya malah lebih ke dolar idr naik 14.600 ke 15.000 tapi ke depannya sih, gak one way straight up sih. It will be different game for the next 6 month lebih positif ke Indonesia,” imbuhnya.

Baca juga : Perbaikan Ekonomi Jadi Daya Tarik Pasar Obligasi Indonesia

Dalam hal ini, kebijakan Fed memang cukup memberikan dampak penurunan yang mengejutkan. Namun, dengan fundamental Indonesia yang terbilang masih cukup baik, membuat dampak yang terjadi tersebut akan bergerak menjadi lebih stabil.

“Jadi kalau menurut saya kebijakan fed emang kasih kita shock temporary tapi looking forward, kita yang sudah going terus ke arah ini cukup stabil sih, malah ketahanan kita lumayan,” tambahnya. (*) Khoirifa.

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

PLN Perkuat Kolaborasi dan Pendanaan Global untuk Capai Target 75 GW Pembangkit EBT

Jakarta - PT PLN (Persero) menyatakan kesiapan untuk mendukung target pemerintah menambah kapasitas pembangkit energi… Read More

12 hours ago

Banyak Fitur dan Program Khusus, BYOND by BSI Raih Respons Positif Pasar

Jakarta – Super App terbaru dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yaitu BYOND by… Read More

17 hours ago

Pekan Kedua November, Aliran Modal Asing Keluar Indonesia Sentuh Rp7,42 Triliun

Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing keluar (capital outflow) dari Indonesia pada pekan kedua… Read More

19 hours ago

IHSG Sepekan Turun 1,73 Persen, Kapitalisasi Pasar Bursa jadi Rp12.063

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa data perdagangan saham pada pekan 11… Read More

21 hours ago

Top! Baru Setahun, Allianz Syariah Sudah jadi Market Leader

Jakarta – Kinerja PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia atau Allianz Syariah tetap moncer di… Read More

1 day ago

BPR Syariah BDS Serahkan Cash Waqf Linked Deposit Rp111 Juta ke Warga Yogyakarta

Jakarta - PT BPR Syariah BDS berkomitmen untuk memberikan pelbagai dampak positif bagi nasabahnya di Yogyakarta dan… Read More

2 days ago