Jakarta — Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya non subsidi, yakni Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex per Minggu 1 Juni 2018 memang mengejutkan berbagai pihak.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esa Suryaningrum beranggapan, kondisi tersebut dapat menggangu stabilitas ekonomi khususnya pada angka inflasi.
“Meski yang naik non subsidi pasti akan berdampak karena sebagian besar pendapat anda masyarakat 30 persennya itu diperuntukan bagi BBM. Kenaikan BBM sudah jelas akan menaikan inflasi,” kata Esa di Jakarta, Selasa 3 Juli 2018.
Selain itu dirinya menyebut, kenaikan BBM tersebut juga akan berdampak negatif terhadap daya beli masyarakat karena stimulus perekonomian tidak bisa dioptimalkan. Selain itu, secara umum inflasi hingga Juni 2018 lebih disumbang pada sektor transportasi dan bahan makanan.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Juni 2018 sebesar 0,59%. Angka ini lebih rendah dibanding inflasi Juni tahun sebelumnya yang juga bertepatan dengan lebaran 2017 sebesar 0,69%.
Sebagai informasi, sebelumnya PT Pertamina (Persero) kembali merilis harga baru jenis bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi yang berlaku mulai Minggu, 1 Juli 2018 hari ini. Jenis BBM yang mengalami kenaikan harga salah satunya Pertamax. Tercatat besaran kenaikannya berkisar antara Rp600 sampai Rp900 per liter.(*)