Jakarta – Kementerian Koperasi (Kemenkop) menjajaki kemitraan strategis dengan PT Berdikari Meubel Nusantara (BMN) Living untuk mendukung kemajuan industri furnitur nasional. Kemitraan ini dilakukan melalui sinergi dengan koperasi guna menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono mengatakan, kunjungan ke pabrik BMN menjadi bentuk apresiasi sekaligus dukungan pemerintah terhadap upaya BMN dalam mengembangkan industri furnitur dalam negeri.
“Kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung proses produksi dan kualitas produk BMN, serta membahas potensi kerja sama yang saling menguntungkan antara Kemenkop dan BMN,” jelasnya usai melakukan kunjungan dan diskusi showroom dan pabrik BMN Living di Pasuruan, Jawa Timur, dikutip Sabtu, 11 Januari 2025.
Baca juga: OJK Terbitkan 2 Aturan Baru Terkait Perusahaan Asuransi dan Dana Pensiun, Ini Rinciannya
Baca juga: Koperasi sebagai Pilar Ekonomi Nasional
Ferry menegaskan, koperasi merupakan pilar utama perekonomian nasional dengan peran signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Untuk itu, Kemenkop terus mendorong sinergi antara koperasi dengan berbagai sektor industri. Termasuk industri furnitur, untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Ia juga meyakini, industri furnitur Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di pasar global. Terbukti dari data Kemenko Perekonomian, nilai ekspor furnitur Indonesia mencapai 2,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2021, meningkat 33 persen dibandingkan tahun 2020.
Baca juga : Mimpi Besar Kemenkop Jadikan Koperasi RI seperti di Eropa
Pada tahun 2022, nilai ekspor stabil di angka 2,9 miliar dolar AS. Produk-produk unggulan yang diminati di pasar internasional meliputi, meja konsol (console table), kursi dan bangku (stool) dari kayu dan rotan, keranjang rotan, dekorasi dinding, furnitur luar ruang dari kayu, aksesori dekoratif, dan peralatan dapur.
Sementara dari data Kementerian Perdagangan, produk-produk ini telah berhasil menarik minat pasar di kawasan Timur Tengah dan Afrika, dengan transaksi mencapai 6,11 juta dolar AS atau sekitar Rp 99,46 miliar dalam pameran internasional INDEX di Dubai.
“Meski begitu, kita masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan daya saing produk furnitur Indonesia di pasar global,” ucapnya.
Wamenkop menambahkan dalam mengatasi hal tersebut, maka perlunya upaya bersama untuk meningkatkan kualitas dan inovasi produk.
Kolaborasi untuk Meningkatkan Daya Saing
Deputi Bidang Pengembangan Talenta dan Daya Saing Koperasi Kemenkop, Destry Anna Sari, menjelaskan bahwa pemerintah mendorong kolaborasi koperasi dengan pabrik dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan material perumahan sekaligus meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
“Langkah ini menjadi inisiatif awal dengan BMN. Yang diyakini mampu meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), sekaligus memberdayakan koperasi yang ada di sektor tersebut,” jelasnya.
Baca juga : Batik Lokal Terancam Impor, Kemenkop Turun Tangan Keluarkan Jurus Andalan
Menurut Destry, pendekatan kolaboratif dipilih sebagai langkah awal. Sebagai contoh, koperasi perumahan dapat bermitra dengan pabrik seperti BMN Living untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau furnitur.
“Arahnya adalah menciptakan ekosistem bisnis yang inklusif, di mana koperasi berskala kecil dapat terhubung dan bekerja sama dengan industri besar,” ujarnya.
BMN: Produk Lokal Berkualitas Internasional
Sementara itu, PT Berdikari Meubel Nusantara (BMN) Living yang merupakan anak usaha dari PT Berdikari, bagian dari holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pangan ID Food, telah sukses menyediakan produk furnitur unggulan di pasar ekspor.
Direktur BMN, Andre Andika Adhiguna, menyebutkan bahwa BMN telah menembus pasar global dengan produk furnitur berkualitas internasional, terutama di Jerman.
Andre menambahkan, industri furnitur merupakan sektor padat karya yang membuka peluang kerja dalam negeri.
Andre juga memastikan, saat ini produk furnitur yang dipasarkan BMN Living pun telah memenuhi TKDN hingga 40 persen sesuai dengan kebijakan Pemerintah. Selain itu, industri furnitur yang merupakan sektor industri padat karya juga membuka peluang lapangan kerja di dalam negeri.
“Kami berharap, dapat semakin membuka peluang kerja sama dengan para pelaku bisnis lokal, koperasi dan UMKM,” harapnya. (*)
Editor: Yulian Saputra