oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham global hari selasa umumnya ditutup melemah karena kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan belum akan pulih tahun ini sebagaimana dilaporkan IMF. Indeks Nikkei ditutup turun 2,4%, Hang Seng Hongkong ditutup melemah 1,57%, namun Shanghai Composite ditutup naik 1,45%. Di Eropa, FTSE 100 Inggris turun 1,19% dan DAX Jerman turun 2,63%. Sementara di AS, DJIA turun 0,75% dan S&P 500 turun 1,01%. Pagi ini pasar Asia dibuka menguat tipis, indeks Nikkei naik 0,15% (08.05 WIB).
Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda, kemarin menyatakan bahwa BOJ akan mengambil segala tindakan yang diperlukan dalam waktu dekat untuk mendukung kebijakan moneter yang longgar jika diperlukan. Dalam pernyataannya di depan parlemen Jepang, Mr. Kuroda menyatakan bahwa BOJ tidak akan ragu mengambil langkah yang diperlukan, baik dengan meningkatkan jumlah dan cakupan pembelian aset keuangan oleh BOJ, menurunkan tingkat bunga penempatan di bank sentral menjadi lebih negatif, atau kombinasi keduanya. Kebijakan tiingkat bunga negatif tahun ini justru tidak berdampak pada pelemahan mata uang Yen, yang terjadi justru Yen menguat. Investor memandang Yen sebagai safe haven manakala terjadi turbulen di di pasar keuangan global. Bagi Jepang penguatan Yen berdampak negatif terhadap ekonomi karena ekonominya berbasis ekspor yang tentunya akan terdampak oleh penguatan Yen.
Dari China, otoritas China bulan ini diperkirakan akan menyetujui rencana konversi kredit bank menjadi ekuitas sampai sejumlah 1 triliun Yuan (USD155 miliar). Konversi sebesar ini akan menurunkan rasio NPL perbankan China sebesar 1% dan akan meningkatkan net profit perbankan sebesar 4%.
Perusahaan rating agency R&I mengafirmasi peringkat kredit Indonesia pada level investment grade, yaitu BBB- dengan outlook stabil. Hal-hal yang dipertimbangkan R&I antara lain pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid ditopang oleh konsumsi domestik, deficit fiscal yang terjaga, utang publik yang relatif aman, sektor perbankan yang sehat, dan meningkatnya resiliensi terhadap guncangan dari sektor eksternal.
Data pemesanan manufaktur Jerman (Germany manufacturing orders) bulan Februari turun 1,2% dibandingkan bulan sebelumnya, jauh di bawah ekspektasi pelaku pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,2%. Penurunan yang tidak diperkirakan ini berdampak negatif pada harga saham di bursa Eropa, karena menunjukkan ekonomi Jerman, ekonomi terkuat di Eropa, masih dalam teritori negatif.
Masih dari Eropa, data Eurozone composite PMI bulan Maret yang dirilis kemarin menunjukkan angka sebesar 53,1 lebih rendah dari flash PMI yang sebelumnya dirilis pada angka 53,7. Penurunan ini juga berpengaruh negatif terhadap ekonomi Eropa secara keseluruhan.
Dalam pidato di salah satu universitas di Jerman kemarin, Christine Lagarde Managing Director IMF menegaskan kembali laporan IMF yang dirilis hari senin bahwa risiko lemahnya pertumbuhan ekonomi global mulai terlihat dan mulai meningkat terutama dipimpin oleh Negara berkembang yaitu China. Pelemahan pertumbuhan ekonomi global ini akan semakin berdampak pada ekonomi Negara maju dan kebijakan moneter yang diambilnya. Mrs. Lagarde mengingatkan agar setiap Negara mulai melakukan upaya nyata untuk meningkatkan ekonomi negaranya masing-masing. Meskipun kebijakan tingkat bunga negatif di Jepang dan Eropa berdampak positif pada Negara berkembang, namun dalam jangka menengah dampaknya masih harus terus dimonitor dan dievaluasi. Saat ini belum terjadi krisis, namun perlu meningkatkan kewaspadaan. Ekonomi global kehilangan momentum dalam enam bulan terakhir karena tidak mampu mengapitalisasi spending di tengah rendahnya harga-harga komoditas.
Dari AS, data ISM service index bulan Maret yang dirilis kemarin menunjukkan kenaikan indeks ke level 54,5 dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 53,4. Indikator ini dan data yang dirilis sebelumnya, termasuk data ketenagakerjaan yang solid, mengindikasikan ekonomi AS secara umum membaik dan semakin kuat. Namun demikian penguatan ekonomi AS ini tidak diikuti oleh ekonomi di Negara maju lainnya seperti di zona Eropa maupun di Jepang.
Perdana Menteri Islandia Sigmundur Gunnlaugson mengundurkan diri pasca-terkuaknya dokumen yang disebut sebagai Panama Papers. Dokumen ini memuat daftar nama pejabat publik hingga artis dan atlet ternama di seluruh dunia yang menempatkan dananya dalam sistem keuangan di Panama. Penempatan dana ini umumnya merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka menghindari pajak di Negara asal, karena Panama termasuk salah satu Negara tax haven. Berita dari CNBC, di antara bank-bank besar global, HSBC dan Credit Suisse disebutkan sebagai bank yang membantu menyiapkan struktur yang kompleks di Panama bagi nasabahnya dalam rangka mempersulit petugas pajak dan penyidik melakukan tracking terhadap aliran dana nasabah tersebut.
Harga minyak dunia ditutup naik tipis menjelang pengumuman data cadangan minyak AS. WTI crude Nymex untuk pengiriman Mei naik USD0,19 (0,5%) ke level USD35,89 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Juni naik USD0,18 (0,5%) ke level USD37,87 per barrel.
Yield UST 10 year turun, investor banyak membeli UST karena kekhawatiran akan lemahnya pertumbuhan ekonomi global. Yield UST 10 tahun turun 5 bps ke level 1,73%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 54 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara itu yield UST 30 tahun turun 7 bps ke level 2,54%. Di Eropa, yield German bund 10 tahun 3 bps ke level 0,09% akibat lemahnya data ekonomi Jerman.
Pasar SUN ditutup stabil, yield SUN tenor 10 tahun tetap di level 7,62%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 112 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG ditutup naik 8 poin (0,16%) ke level 4.858. Investor asing membukukan net buy sebesar Rp362 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp4,75 triliun. Year to date IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 5,7% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Sementara itu, nilai tukar Rupiah melemah Rp32 ke level Rp13.222 per Dolar AS. NDF 1 bulan melemah Rp96 ke level Rp13.285 per Dolar AS. Dalam jangka pendek Rupiah diperkirakan akan melemah secara teknikal. Sementara itu persepsi risiko meningkat, CDS 5 tahun naik 7 bps ke level 206. (*)
Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK