Jakarta–BPJS Ketenagakerjaan yang ditargetkan mencapai 40 juta kepesertaan aktif tahun 2016 nanti, tengah kerja keras untuk mencapai target itu.
Salah satu strateginya adalah memperbanyak outlet layanan pendaftaran kepesertaan, pembayaran iuran, serta pembayaran klaim. Untuk itu, BPJS Ketenagakerjaan akan menggandeng bank-bank pelat merah sebagai Service Point Office (SPO).
Sinergi tersebut menurut, Direktur Kepesertaan dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan, Junaedi tersebut saat ini sudah dilakukan dengan dua bank BUMN. Selanjutnya, kerja sama tersebut akan diperluas dengan bank-bank BUMN lainnya.
“Kita punya roadmap 40 juta tahun 2019. Jadi kita akselerasi untuk mencapai roadmap itu, strategi kita kita siapkan infrastruktur layanan, makanya kerja sama ini kita kembangkan terus. Kita buka dulu akses sebanyak banyaknya,” kata Junaedi di Jakarta, Jumat, 4 Desember 2015.
Perluasan kanal pelayanan tersebut tidak hanya dengan kantor-kantor bank, BPJS Ketenagakerjaan sudah menggandeng switching company dan collecting agent. Sementara untuk tahun depan, BPJS Ketenagakerjaan menargetkan iuran mencapai Rp40 triliun dan peserta aktif 23 juta.
Hingga Oktober 2015, BPJS Ketenagakerjaan mencatatkan kepsertaan aktif sebanyak 19,034 juta tenaga kerja, angka itu tumbuh 116,51% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 16,337 juta.
Pencapaian itu telah menembus 99,66% dari target. Peningkatan kepesertaan ini juga terjadi di kategori kepesertaan perusahaan aktif yang juga melonjak 133,29 % atau sebanyak 275.888 dibanding Oktober 2014 lalu. Angka itu 109,65% dari target 2015 .
Pertumbuhan kepsertaan ini juga mendorong lonjakan pembayaran iuran yang per Oktober 2015 mencapai Rp27,8 triliun atau tumbuh 122,41% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp22,7 triliun.
Pencapaian tersebut menurut Junaedi didukung oleh penambahan kapasitas kantor dalam bentuk pengembangan Kantor Cabang Perintis sebanyak 203 unit yang memberikan kontribusi iuran hingga Oktober 2015 sebesar Rp1,8 triliun atau 33.855 perusahaan aktif dan 1,34 juta tenaga kerja. (*) Ria Martati