Seoul – Sayap bisnis KB Financial Group (KBFG) terus meluas bukan hanya di negaranya Korea Selatan, tapi juga negara-negara lain. KBFG memiliki 754 jaringan global yang tersebar di 14 negara dari Amerika Serikat, Inggris, China, India, dan 735 ada di Asia Tenggara.
Menariknya, jaringan paling banyak ada Indonesia melalui KB Bukopin yang memiliki 356 kantor. Wajar, para petinggi KBFG mengatakan pihaknya akan mendukung penuh KB Bukopin untuk menjadi salah satu mesin pertumbuhan masa depan.
Dalam global business roadmap-nya, KBFG memproyeksikan Indonesia mampu menyumbang 15,1% net profit KBFG pada 2030. Dalam sambutannya di acara Strategy Forum di Seoul pada 14 Januari lalu, Chairman KBFG Jon Kyoo Yon mengatakan bahwa anggota KBFG di negara lain ditargetkan untuk bisa menjadi best leader dan valuable assets.
Para petinggi KBFG pun tahu bahwa KB Bukopin sedang menyelesaikan masalah bad debt dari peninggalan masa lalu. Sehingga manajemen KB Bukopin yang dipimpin Woo Yeul Lee pun optimis untuk segera menyehatkan dan memajukan KB Bukopin dengan dukungan penuh KBFG yang menggenggam 67% saham.
Seperti diakui Robby Mondong, Wakil Presiden Direktur KB Bukopin, KBFG sangat memperhatikan perkembangan bisnis globalnya karena akan menjadi mesin pertumbuhan baru KBFG dan KB Bukopin termasuk di dalamnya.
“Mereka sangat mendukung kami, mereka tahu challenge yang kami hadapi terkait dengan bad asset, dan mereka tahu apa yang sedang kami kerjakan,” ujar Robby menjawab pertanyaan Infobanknews, di Seoul, 16 Januari 2022.
Robby mengatakan, KBFG datang dengan modal yang kuat, teknologi yang unggul, dan keahlian di bidang perbankan. “Mereka punya uang, teknologi, dan expertise. Mereka juga menginginkan manajemen dan staf lokal untuk mengikuti apa yang sudah diprogramkan,” imbuh Robby.
Sambil melanjutkan penyelesaian bad asset yang ditargetkan tuntas tahun ini, KB Bukopin menggarap bisnis dimulai dari wholesales banking dengan memanfaatkan keunggulan yang dimilikinya yaitu Korean Link dan ekosistem elektrik yang dibawa dari KBFG.
Perusahaan BUMN dan swasta lokal juga menjadi target yang sedang digarap KB Bukopin. Berikutnya adalah segmen Small Medium Enterprise (SME) yang akan diikuti supply chain ke segmen ritel.
“Setelah new generation banking system selesai Oktober 2023, dan akan tuntas semua pada 2024, maka pada 2025 infrastruktur dan operation kami akan ready untuk fokus di segmen retailnya,” jelas Robby.
Terkait upaya memperbaiki kualitas aset Helmi Fahrudin, Direktur Operasi KB Bukopin menambahkan bahwa penjualan bad asset masih berjalan.
“Ini adalah rangkaian penyelesaian yang dilakukan sejak 2021. Tahun 2021 kami sudah lepas Rp4 triliun, tahun 2022 kami lepas Rp5,4 triliun, dan terakhir tahun ini mungkin hanya Rp2 sampai Rp3 triliun. Karena absolut NPL kami dengan 8% itu kan cuma Rp4 triliun, kalau kami lepas Rp2 triliun maka bisa menjadi di bawah 5%,” ungkap Helmi Fahrudin.
Seiring dengan perbaikan kualitas aset dan penurunan loan at risk, struktur dana KB Bukopin juga membaik. Hingga September 2022, Dana Pihak Ketiga (DPK) KB Bukopin sebesar Rp43 triliun dengan rasio dana murah terhadap DPK naik dari 18% menjadi 23%. (*) KM