Kaum Millenial Dibutuhkan Hadapi Tantangan Perbankan

Kaum Millenial Dibutuhkan Hadapi Tantangan Perbankan

Medan – Era digitalisasi perbankan di pasar global membutuhkan peran serta anak muda dan mahasiswa (kaum millenial) untuk bergabung dan mengambil peran. Kaum millenial dibutuhkan industri perbankan untuk dapat menghadapi persaingan.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Maryono mengatakan, saat ini digitalisasi sudah memasuki seluruh sendi bisnis, termasuk sektor perbankan. Masyarakat Ekonomi Asean merupakan tantangan yang harus dihadapi perbankan Indonesia.

“Sepuluh atau dua puluh tahun lalu, transaksi perbankan harus di bank. Kemudian berkembang kartu ATM. Dengan kartu, transaksi tarik rekening atau menabung tanpa harus ke kantor bank,” ujar Maryono di Universitas Negeri Medan, Jumat, 27 Oktober 2017.

Era digitalisasi, menurut Maryono, bisa dianggap sebagai berkah bagi industri perbankan karena secara operasional perbankan bisa lebih efisien.

Termasuk fintech yang sudah menjadi isu global masuk ke dalam situasi bisnis yang menjadi tantangan bank untuk dapat beradaptasi. Hal ini diikuti pula oleh seretnya dana pihak ketiga, di mana perbankan mulai berlomba mencari dana murah dari masyarakat.

Oleh karena itu, BTN saat ini mulai menyasar lingkungan kampus sebagai basis milenial untuk menjadi salah satu obyek pengembangan bisnis sekaligus dalam rangka mencari dan menyiapkan SDM handal sebagai entepreneur muda untuk turut berperan dalam membangun bangsa.

Maka dari itu, pihaknya akan membangun kampus dengan konsep BTN Zone di mana seluruh layanan kampus dan mahasiswa dalam belajar di lingkungan kampus akan dapat diakses dengan sistem layanan perbankan. Proyek BTN Zone ini akan dikembangkan pada kampus di seluruh Indonesia yang sudah bekerjasama dengan Bank BTN.

“Sebagai bank yang fokus di pembiayaan perumahan, BTN menyatakan siap dalam menghadapi kondisi itu. BTN tetap konsisten mendukung program Pembangunan Sejuta Rumah yang digariskan Presiden Joko Widodo,” ucapnya.

Sejauh ini, Perseroan telah membiayai berdirinya 1,44 juta unit rumah di seluruh Indonesia dengan nilai penyaluran kredit properti baik berupa KPR maupun kredit konstruksi mencapai Rp155,9 triliun sejak program Sejuta Rumah digulirkan pada 29 April 2015 lalu.

Program sejuta rumah ini memberikan peluang bagi bisnis BTN tumbuh lebih baik. Potensi kredit yang akan terus tumbuh dan aset yang akan meningkat tajam bakal menjadi peluang BTN ke depan sebagai bank pemegang pangsa kredit terbesar dengan porsi yang ditargetkan bakal mencapai 40 persen.

Adapun hingga akhir tahun ini, Bank BTN menargetkan penyaluran kredit konstruksi dan KPR untuk 666 ribu unit rumah terdiri dari 504.122 unit untuk KPR Subsidi dan 161.878 unit untuk konstruksi rumah non-subsidi, serta penyaluran KPR non-subsidi. Perseroan juga terus mencetak pertumbuhan kredit dan pembiayaan yang berada di atas rata-rata industri perbankan nasional.

Tercatat hingga September 2017, kredit dan pembiayaan Bank BTN meningkat 19,95 persen yoy atau naik menjadi Rp184,5 triliun dari Rp153,81 triliun pada kuartal III-2016. Per September 2017, kredit perumahan Bank BTN tercatat naik 19,32 persen yoy menjadi Rp167,16 triliun. KPR subsidi mencatatkan kenaikan paling tinggi atau sebesar 30,78 persen yoy menjadi Rp68,34 triliun pada September 2017.

Dengan capaian ini, hingga September 2017, Bank BTN menguasai 96,69 persen pangsa pasar KPR subsidi. Di samping itu, untuk KPR secara keseluruhan, Bank BTN menjadi pemimpin pasar dengan pangsa sebesar 35,62 persen per Juni 2017. (*)

Related Posts

News Update

Top News