Jakarta – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil memaparkan terkait kondisi Indonesia yang saat ini tengah menghadapi permasalahan ekonomi yang diakibatkan oleh beberapa guncangan, seperti, pandemi, revolusi digital, dan global warming.
Pria yang sering disapa Kang Emil itu menjelaskan bahwa dalam menghadapi permasalahan ekonomi ada beberapa hal yang menjadi fokus, pertama mengedepankan hilirisasi industri untuk meminimalisir ekspor bahan-bahan mentah, kedua memanfaatkan ekonomi digital untuk menopang kegiatan industri, dan terakhir adalah ekonomi hijau.
“Fokus pada ekonomi masa depan gara-gara disrupsi tadi, satu hilirisasi industri jangan lagi ekspor yang mentah, 4 tahun lalu cuman Rp15 triliun gara-gara Pak Jokowi hilirisasi sekarang Rp280 triliun, keren. Ekonomi digital kami bikin desa digital di Indonesia, Jawa Barat kasih makan lele dan ayam sudah pakai handphone, mencari ikan laut sudah pakai fishfinder yang berikutnya adalah ekonomi hijau semua dari sekarang, seperti di skandinavia diberi subsidi beli mobil listrik ya mereka 2035 sudah tidak ada mobil bensin BBM lagi,” ucap Ridwan dalam Forum Pemred di Jakarta, 5 Agustus 2022.
Sehingga, lanjut dia, dengan kondisi wilayah Indonesia yang beriklim tropis dengan 45 ribu megawatt energi terbarukan dengan 300 juta penduduk, Indonesia memiliki modal untuk swasembada dan energi, serta dapat memaksimalkan ekonomi maritim.
“Di Indonesia panas, air, angin dan sebagainya, 45 ribu megawatt dari energi terbarukan dengan 300 juta penduduk Indonesia hanya sanggup menghabiskan setengahnya, sisanya kita bisa ekspor, jadi suatu hari negeri paling luar biasa itu adalah Indonesia kenapa? you control food, you control people, you control energy, you control nation,” imbuhnya.
Namun, Indonesia juga memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai tahun emas di 2045, yaitu harus membenahi hubungan antara masyarakat, kedua mengedepankan sumber daya manusia (SDM), serta ekonomi di masa depan.
“Bercerita tentang 2045 tahun emas saya setuju tapi syaratnya tiga, satu jangan bertengkar urusan sepak bola, urusan pilpres, urusan beda baju dan sebagainya ini negara kebanyakan bertengkar, sehingga tidak punya waktu untuk berkembang mengejar negara-negara yang sudah maju, kedua sdm-nya harus luar biasa kita masih banyak stunting, 25% anak-anak kita masih stunting, terakhir fokus pada ekonomi masa depan akibat disrupsi,” tambahnya. (*) Khoirifa