Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak Israel untuk melindungi warga sipil di Gaza di saat militernya kembali meningkatkan serangan pasca berakhirnya gencatan senjata dengan Hamas, pada Jumat lalu (1/12).
Di Kota Khan Younis di bagian selatan Gaza, misalnya, telah menjadi sasaran serangan tanpa henti militer Israel sejak berakhirnya gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Hamas Jumat lalu (1/12).
Berdasarkan laporan Associated Press, Israel telah memperluas perintah evakuasi ketika serangannya bergeser ke bagian selatan Gaza, di mana banyak pemimpin Hamas bersembunyi.
Baca juga: Gencatan Senjata Berakhir, Militer Israel Langsung Bombardir Gaza
Wakil Presiden AS Kamala Harris mengatakan, pada saat Israel mempertahankan diri, satu hal penting yang harus diingat adalah bagaimana caranya melindungi warga sipil di Gaza.
“Sikap Amerika tegas. Hukum kemanusiaan internasional harus dihormati. Terlalu banyak warga Palestina yang tidak bersalah telah terbunuh. Terus terang, skala penderitaan warga sipil dan gambar-gambar serta video yang datang dari Gaza sangat mengerikan,” katanya, dinukil VOA Indonesia, Senin (4/12).
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan, meskipun dukungan AS untuk keamanan Israel tidak dapat ditawar, pihaknya secara pribadi telah memperingatkan alasan dibalik desakan terhadap Israel untuk melindungi warga sipil di Gaza.
Baca juga: Aplikasi Ini Bisa Cek Produk Terafiliasi Israel, Download di Sini!
“Dalam pertarungan semacam ini, pusat gravitasi adalah penduduk sipil. Dan jika Anda membuat mereka jatuh ke pelukan musuh, Anda mengganti kemenangan taktis dengan kekalahan strategis,” kata Austin dalam sebuah acara di Reagan National Defense Forum di Simi Valley, California.
Dalam forum yang dihadiri banyak pemimpin politik dan militer itu, Austin mendesak Israel untuk memperluas secara signifikan akses warga di Gaza untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan.
Pihaknya juga kembali menyampaikan seruan AS untuk bekerja mencapai solusi dua negara guna menyelesaikan konflik Israel-Palestina. (*)
Editor: Galih Pratama