Keuangan

Jumlahnya Terus Menurun, Rintis Ungkap Peluang ATM untuk Berevolusi

Jakarta – Jumlah mesin ATM terus menurun, buntut dari melejitnya transaksi digital. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menemukan, jumlah unit ATM, CDM, dan CRM di Indonesia pada kuartal III-2024 adalah 91.173 unit.

Jumlah tersebut menurun dari 92.829 unit pada periode yang sama di 2023. Meskipun jumlahnya terus menurun, PT Rintis Sejahtera (Rintis) mengungkapkan kalau pemakaiannya akan terus ada untuk sejumlah segmen.

“Kebutuhan segmen tertentu masih (memerlukan ATM). Jadi, kita lihat potensi ini masih ada. Mungkin kalau perkiraan saya mungkin 30-40 persen (pengguna ATM) itu pasti masih ada Indonesia,” ujar Suryono Hidayat, Wakil Direktur Utama Rintis, di sela-sela acara “Peluncuran Layanan Tarik Tunai Tanpa Kartu Jaringan Prima”, Rabu, 30 April 2025.

Baca juga: AS Komplain Soal GPN dan QRIS, Bos Rintis: Ini Persaingan Bisnis

Ke depannya, Suryono melihat kalau ATM bisa berevolusi untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat. Misalnya, ia tidak menutup kemungkinan kalau di masa mendatang, ATM bisa digunakan untuk bertransaksi emas.

“Kemudian, ke depan, di luar negeri itu, sekarang ada yang mulai jual-beli emas. Nah itu ada opportunity. Tapi berapa besar saya nggak tahu,” katanya.

Peluang ini, lanjut Suryono, masih dikaji oleh para pemangku kepentingan. Karena, ada kekhawatiran juga dalam bertransaksi emas di ATM. Misalnya, potensi ATM dijarah karena menyimpan emas di dalamnya.

Ada juga peluang untuk tarik-setor tunai menggunakan QRIS, disebut dengan QRIS Tuntas. Namun, Suryono menyebut kalau program ini masih belum sukses karena kurangnya edukasi di kalangan masyarakat.

“QRIS Tuntas memang nggak terlalu fly. Kami saat ini sedang evaluasi. Karena, kami belum edukasi masyarakatnya. Tugas Rintis, selain menyiapkan infrastruktur juga, edukasi supaya masyarakat tahu, petugas-petugas banknya juga tahu,” ungkap Suryono.

Baca juga: BEI Catat Jumlah Investor Pasar Modal Tembus 16 Juta, Mayoritas Anak Muda

Suryono mengakui, Indonesia berbeda negara yang memiliki orientasi terhadap uang tunai seperti Jepang, yang sekitar 60 persen penduduk masih memakai cash dalam bertransaksi. Menurutnya, Indonesia lebih digital oriented dibanding Negeri Sakura.

Tetapi, Suryono yakin kalau pemanfaatan uang tunai masih akan ramai di Indonesia. Terlebih, di wilayah-wilayah yang masuk ke kategori tier-2 dan tier-3, kebutuhan akan cash masih diperlukan. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Yulian Saputra

Recent Posts

Jelang Libur Nataru, Harga Emas Antam, Galeri24 dan UBS Kompak Naik

Poin Penting Harga emas Antam, Galeri24, dan UBS kompak naik pada Rabu 24 Desember 2025… Read More

42 mins ago

Pemerintah Tegaskan Revisi UU P2SK untuk Perkuat Tata Kelola dan Pelindungan Kripto

Poin Penting Pemerintah dan DPR merevisi UU P2SK untuk mengatur aset kripto secara spesifik di… Read More

52 mins ago

Rupiah Dibuka Melemah, Pasar Antisipasi Pelonggaran Kebijakan The Fed pada 2026

Poin Penting Rupiah dibuka menguat 0,11 persen ke level Rp16.769 per dolar AS Pasar mengantisipasi… Read More

2 hours ago

IHSG Berbalik Menguat di Level 8.609 pada Pembukaan Jelang Libur Nataru

Poin Penting IHSG berbalik menguat di pembukaan ke level 8.609,98 dari 8.584,78 Penguatan didukung Wall… Read More

2 hours ago

IHSG Berpotensi Sideways, Ini Katalis Penggeraknya

Poin Penting IHSG berpotensi sideways di kisaran 8.500–8.680 menjelang libur Natal Saham properti koreksi, sektor… Read More

2 hours ago

Genjot Pertumbuhan Kredit Pensiun, Bank Capital Gandeng BCA Digital

Poin Penting Bank Capital menggandeng BCA Digital untuk mengembangkan dan menyalurkan kredit ke segmen pensiunan.… Read More

13 hours ago