Jakarta – Bank Pembangunan Daerah Bengkulu (Bank Bengkulu) menjadi bank pertama yang merasakan pengalaman skema kelompok usaha bank (KUB). Terhitung sejak Maret 2024, bank ini mendapat persetujuan dari regulator untuk ber-KUB dengan Bank BJB, sebagai bank jangkar. Pengurus Bank Bengkulu pun langsung tancap gas. Meski masih harus melakukan penyesuaian di banyak aspek, kinerjanya berada di jalur yang tepat.
Direktur Utama Bank Bengkulu, Beni Harjono, mengatakan, setelah resmi menjadi bagian dari grup usaha Bank BJB, banyak potensi bisnis baru yang bisa disasar Bank Bengkulu. Jika dulu hanya bermain di captive market, yakni segmen aparatur sipil negara (ASN), sekarang sayap bisnisnya dikembangkan ke segmen-segmen baru. Termasuk, ke instansi pemerintah atau lembaga negara, seperti kepolisian, Tentara Nasional Indonesia (TNI), maupun badan usaha milik negara (BUMN). Hal ini memungkinkan karena Bank BJB sudah mempunyai kerja sama dengan instansi-instansi tersebut.
“Jadi, Bank Bengkulu bisa masuk ke ekosistem itu. Saya waktu dua bulan masuk, langsung signing dengan Kapolda. Sebelumnya, tidak pernah Bank Bengkulu mengelola uang kepolisian daerah (polda). Jadi, banyak hal baru yang sebelumnya Bank Bengkulu tidak dapatkan, sekarang bisa kami garap,” kata Beni saat ditemui Infobank di Jakarta, medio Agustus lalu.
Dengan ekosistem dan segmen yang makin luas, potensi bisnisnya tentu kian besar. Varian produk dan layanan yang bisa dikembangkan makin banyak. Alhasil, kinerja keuangan Bank Bengkulu pun ikut terdongkrak.
Baca juga: Kinerja Terjaga, Bank BJB Raup Laba Rp931 Miliar di Juni 2024
Di semester pertama 2024, BPD ini membukukan kenaikan laba 20,31 persen year on year (yoy) menjadi Rp64,34 miliar. Kenaikan laba ditopang sejumlah faktor, mulai dari pertumbuhan fungsi intermediasi, efisiensi, hingga perbaikan struktur dana.
Sementara, kredit dan dana pihak ketiga (DPK) masing-masing tumbuh 6,02 persen dan 8,09 persen menjadi Rp6,63 triliun dan Rp7,32 triliun.
Struktur DPK Bank Bengkulu mencatatkan perbaikan signifikan. Ini tak lepas dari keberhasilan bank masuk ke instansi-instansi pemegang dana besar sehingga porsi giro meroket 94,08 persen menjadi Rp1,23 triliun per Juni 2024.
Sedangkan, tabungan tercatat Rp1,78 triliun atau naik 8,99 persen. Lalu, deposito susut 4,30 persen menjadi Rp4,32 triliun. Hasilnya, rasio dana murah (CASA) membaik, dari 33,39 persen di Juni 2023 menjadi 41,03 persen di Juni 2024. Aset Bank Bengkulu pun meningkat 8,35 persen yoy menjadi Rp9,12 triliun.
Kinerja Bank Bengkulu di posisi Juni 2024, lebih baik ketimbang akhir 2023. Di akhir 2023, bank ini sedikit melemah dengan pertumbuhan DPK dan kredit masing-masing di kisaran 1 persen. Sementara untuk laba, pertumbuhannya terkontraksi 27,36 persen yoy.
Baca juga: Tumbuh 20,28 Persen, BSI Raup Laba Rp3,39 Triliun di Triwulan II 2024
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan dukungan untuk pengembangan Bank Bengkulu. Melihat performa bisnis positif yang dibukukannya di paruh pertama 2024, OJK mendorong adanya penguatan permodalan agar Bank Bengkulu makin kuat dan sehat.
“Dengan bergabung dalam KUB ini, harapannya dapat mengakselerasi pertumbuhan kinerja Bank Bengkulu menjadi lebih baik dalam bentuk pelayanan, inovasi produk, layanan digital banking, khususnya kepada masyarakat maupun pemda di Provinsi Bengkulu,” kata Ayu Laksmi Syntia Dewi, Kepala OJK Provinsi Bengkulu, dalam keterangan resmi, Agustus lalu. (*) Ari Astriawan
Baca laporan selengkapnya terkait Bank Bengkulu di Majalah Infobank No.557 edisi September 2024