HAMPIR dua tahun semua orang menghadapi masa sulit akibat dampak pandemi Covid-19. Di dunia bisnis, faktor kepemimpinan mempengaruhi kemampuan organisasi perusahaan dalam merespon berbagai tantangan dan perubahan yang sangat cepat akhir-akhir ini. Menurut Ignasius Jonan, bankir senior yang pernah berhasil memimpin Kereta Api Indonesia, peran kepemimpinan menjadi sangat dibutuhkan sekarang ini untuk mengatasi tiga kondisi ini.
Satu, masih adanya ketidakpastian tentang kapan masa sulit berakhir dan orang selalu membutuhkan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dua, hadirnya perubahan zaman ke era digital yang menuntut perusahaan untuk melakukan transformasi agar terus survive. Tiga, konsolidasi yang menjadi isu hangat ketika lembaga perbankan dituntut untuk memperkuat modal.
“Konsolidasi bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan modal, tapi juga kompetensi, skala usaha, dan nilai perusahaan,” ujar mantan Menteri Perhubungan dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini.
Jonan mencontohkan studi yang dilakukan A.T. Kearney, KPMG, maupun McKinsey, mengatakan bahwa tingkat kegagalan dari merger dan akuisisi sekitar 50%-80%. Karena konsolidasi membutuhkan seorang chief executive officer (CEO) yang mampu menyatukan berbagai sumber daya, maka bisa katakan bahwa modal dasar konsolidasi adalah leadership.
Jonan mengingatkan bawah perubahan tidak bisa dikerjakan sendiri oleh seorang leader. “Change can come, but you cannot do it alone,” jelasnya. Untuk itu, seorang pemimpin harus membangun budaya dan memberi inspirasi agar seluruh anggota organisasi mau menjalankan suatu perubahan.
Apa yang dibutuhkan bagi seorang pemimpin agar berhasil membuat perubahan yang pasti diwarnai oleh penolakan dan kebingungan dari seluruh bawahan? Bagaimana masalah budaya dan people bisa menjadi penyebab kegagalan seorang pemimpin jika tidak dikelola dengan baik? Baca selengkapnya penjelasan Ignasius Jonan di Majalah Infobank Nomor 524 Desember 2021. (*)