Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal-III 2023 tercatat berada di angka 4,94 persen. Angka tersebut disebut sedikit meleset dari perkiraan 5 persen. Meski begitu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kalau pertumbuhan ini patut dibanggakan oleh masyarakat Indonesia.
“Kalau kita berbicara dengan kepala negara lain, dengan Presiden atau Perdana Menteri, kita bangga banget lho. Pertumbuhan ekonomi kita masih di kisaran 5 persen,” terang Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 pada Rabu malam, 29 November 2023.
Jokowi menyebut kalau ia terkadang berdiskusi dengan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dan mengatakan bahwa peredaran uang seakan terasa “kering”.
Tidak hanya itu, Jokowi juga mengecek Pemerintah Daerah (Pemda) maupun Pemerintah Pusat (Pempus). Hasilnya, realisasi belanja Pemda masih di angka 64 persen. Sementara Pempus berada di angka 76 persen.
Baca juga: Bos BI Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi RI jadi Segini di 2024 dan 2025
Meskipun begitu, perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih bagus ketimbang negara-negara lain. Jokowi membandingkan dengan beberapa negara pada kuartal-III ini.
“Kalau dibandingkan perekonomian Indonesia yang di kisaran 5 persen, ada Malaysia, tadi dapat data (tumbuh) 3,3 persen, Amerika Serikat 2,9 persen, Korea Selatan 1,4 persen. EU (Uni Eropa) 0,1 persen. Inilah yang patut kita syukuri, Indonesia masih di kisaran 5 persen,” terang Jokowi.
“Inflasi juga masih cenderung stabil. 2,6 persen. Hanya saja, hati-hati untuk (sektor) pangan, utamanya beras,” lanjutnya.
Harus Optimis, Namun Tetap Waspada
Perekonomian Indonesia memang masih tergolong baik, sehingga masyarakat harus tetap optimis. Meskipun begitu, Jokowi tetap mewanti-wanti industri perbankan agar selalu berhati-hati.
Baca juga: Menkeu Ungkap Perekonomian Global Masih Diliputi Berbagai Dinamika
“Kita harus optimis, tapi tetap harus waspada dan hati-hati. Waspada terhadap perubahan yang super cepat. Perubahan terhadap disrupsi ekonomi yang super cepat. Kita memang harus tetap prudent (bijaksana) dalam melangkah. Tapi jangan terlalu berhati-hati,” tegas Jokowi.
Sebagai contoh, Jokowi mengatakan untuk tidak terlalu berhati-hati terhadap penyaluran kredit. Karena, jika terlalu berhati-hati, maka perputaran ekonomi di sektor riil akan cepat kering.
Kepada para pelaksana sektor keuangan, Jokowi juga meminta agar selalu siap dalam merespons terhadap perubahan, dan menyelesaikan masalah dengan cepat di lapangan. Spesifik terhadap Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jokowi meminta mereka meningkatkan frekuensi pertemuan.
“Sering ketemu, sering berbicara tentang kebijakan sektor keuangan. Kalau pada keadaan normal, nggak apa-apa 3-4 bulan sekali. Tapi dalam situasi seperti ini nggak bisa. Minimal seminggu sekali atau 2 minggu sekali,” paparnya.
Gubernur BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Menteri Keuangan, menurut Jokowi bisa bertemu sambil “ngopi” bersama, berdiskusi soal kalkulasi mereka akan ekonomi Indonesia. Terlebih, situasi sekarang bisa berubah dengan cepat. (*) Mohammad Adrianto Sukarso