News Update

Jokowi Beberkan 3 Tantangan Besar Ciptakan 75 Juta Lapangan Kerja di 2025

Surakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyakini Indonesia bisa bertahan di tengah kondisi ekonomi dan geopolitik global. Pasalnya, Indonesia segera memasuki puncak bonus demografi pada 2030 mendatang.

“Jangan terlalu terbawa oleh skenario ekonomi global, meskipun kita harus selalu melihat angka-angka dan mengkalkulasi dengan perhitungan. Karena, kita tahu nanti 2030-an kita akan mendapatkan bonus demografi,” tutur Jokowi dalam pembukaan Kongres ISEI XXII & Seminar Nasional 2024 di Solo, Jawa Tengah, Kamis, 19 September 2024.

Meskipun begitu, Jokowi paham bahwa bonus demografi ini juga bisa menjadi beban. Untuk itu, demi mewujudkan situasi bonus demografi yang kondusif, Jokowi ingin membuka lapangan kerja yang luas. Sayangnya, pembukaan lapangan kerja ini memiliki sejumlah tantangan.

Baca juga: Erick Thohir Ungkap Dampak KEK Sanur bagi Lapangan Kerja

“Bonus demografi ini membutuhkan pembukaan kesempatan kerja yang besar. Padahal, saat ini, untuk membuka lapangan kerja, kita menghadapi tantangan yang sangat-sangat besar,” tutur Jokowi.

Tantangan pertama adalah perlambatan ekonomi global, yang menurut Bank Dunia, diproyeksi “hanya” akan tumbuh di angka 2,6 persen di 2024 dan 2,7 persen di 2025. Jokowi bersyukur melihat ekonomi Indonesia yang masih konsisten di kisaran 5 persen.

Ada juga tantangan berupa otomatisasi industri, termasuk yang paling populer adalah pemanfaatan artificial intelligence (AI). Jokowi melihat, akan ada banyak lapangan pekerjaan yang hilang akibat fenomena ini.

“Kalau kita baca, di tahun 2025, 85 juta pekerjaan akan hilang. Dan di 2025, kita dituntut untuk membuka 75 juta lapangan pekerjaan,” katanya.

Baca juga: Report KoinWorks: 116.000 Lapangan Kerja Lewat UMKM

Dan terakhir, Jokowi mewanti-wanti gig economy, yaitu sistem ekonomi yang mengandalkan platform digital untuk menghubungkan pekerja lepas atau pekerja sampingan dengan permintaan pekerjaan.

Jokowi mengecam peristiwa ini, lantaran sudah sering terjadi di Indonesia. Banyak perusahaan yang banyak mencari pekerja non-tetap untuk bekerja di sana.

“Perusahaan lebih memilih pekerja freelance. Perusahaan lebih memilih pekerja yang freelancer. Perusahaan lebih memilih kuota, jangka, jangka pendek, untuk mengurangi risiko, sehingga kesempatan kerja semakin sempit dan semakin berkurang,” tegas Jokowi. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Galih Pratama

Recent Posts

PHE OSES Resmi Salurkan Gas Bumi Ke PLTGU Cilegon

Jakarta -  PT Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE OSES) resmi menyalurkan gas bumi ke… Read More

1 hour ago

Transformasi Aset, PLN Integrasikan Tata Kelola Arsip dan Dokumen Digital

Jakarta - PT PLN (Persero) meluncurkan program Gerakan Tertib Arsip (GEMAR) dan aplikasi New E-Arsip… Read More

2 hours ago

Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa Dukung Peningkatan Kinerja Keselamatan

Jakarta - Demi meningkatkan kinerja keselamatan dan integritas aset, Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa dan PT Badak… Read More

3 hours ago

Jumlah Peserta Regulatory Sandbox Menurun, OJK Beberkan Penyebabnya

Jakarta - Penyelenggara inovasi teknologi sektor keuangan (ITSK) harus melewati regulatory sandbox milik Otoritas Jasa… Read More

6 hours ago

OJK Siap Dukung Target Ekonomi 8 Persen, Begini Upayanya

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bersedia mendukung target pertumbuhan ekonomi 8 persen Presiden… Read More

10 hours ago

BPKH Ajak Pemuda Gunakan DP Haji sebagai Mahar Pernikahan

Jakarta - Saat ini, secara rata-rata masa tunggu untuk melaksanakan ibadah haji di Indonesia bisa… Read More

11 hours ago