Jakarta – Langkah Jepang menghentikan sebagian besar pengiriman mobil bekas ke Rusia dinilai akan menekan perdagangan yang mendekati hampir USD2 miliar per tahun.
Perdagangan mobil bekas Negeri Sakura tersebut sebenarnya tengah melonjak di tengah sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Pada Agusuts 2023 lalu, Jepang memutuskan untuk melarang ekspor kendaraan, termasuk mobil bekas. Langkah ini sejalan yang sudah dilakukan negara-negara G7 dengan latar belakang perang di Ukraina.
Baca juga: Jokowi Dorong Industri Otomotif Rambah Pasar Ekspor
Atas kondisi tersebut, para pedagang mobil bekas pun berebut pasar untuk mengirimkan ke wilayah lain, terutama pasar mobil bekas di Selandia Baru, Asia Tenggara, dan Afrika.
Permintaan Rusia terhadap mobil bekas dari Jepang melonjak tajam setelah produsen mobil global, termasuk Toyota, menarik diri dari operasinya menyusul invasi Moskow ke Ukraina.
Pada 2022, akibat sanksi pengetatan berbagai negara, Rusia harus membeli lebih dari seperempat ekspor mobil bekas Jepang dengan harga rata-rata hampir USD8.200.
Angka tersebut lebih mahal dua kali lipat dari harga mobil bekas pada tahun 2020, ketika Rusia mengambil sekitar 15 persen ekspor mobil bekas Jepang.
Merujuk data perdagangan Jepang, sepanjang 2023, penjualan mobil bekas Jepang ke Rusia telah mencapai USD1,9 miliar dolar. Angka tersebut sebelum Jepang memberlakukan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia.
Adapun Lembaga Analis Rusia, Autostat mencatat, lebih dari separuh dari 303.000 mobil bekas yang diimpor Rusia dalam delapan bulan pertama tahun 2023 berasal dari Jepang
SV Alliance yang berbasis di Toyama, sebuah bisnis ekspor mobil telah merasakan dampak penghentian ekspor mobil bekas Jepang ke Rusia. Perusahaan ini mengirimkan rata-rata sekitar 6.500 mobil bekas ke Rusia setiap bulan hingga Juli dari Fushiki Jepang.
“Bisnis anjlok sekitar 70 persen dan kami harus memecat beberapa orang karena tidak tersedia cukup pekerjaan,” kata Olesya Alekseeva, koordinator logistik di SV Alliance.
Jepang sendiri telah menjadi eksportir mobil bekas terkemuka dunia selama beberapa dekade terakhir.
Direktur Kebijakan Perdagangan Otomotif Kementerian Ekonomi Takanori Kikuchi Perdagangan dan Industri Jepang mengatakan, pemerintah sedang mengamati dampak apa yang akan ditimbulkan oleh sanksi baru tersebut.
Jepang awalnya melarang ekspor kendaraan mewah ke Rusia pada April tahun 2022. Dan kemudian berlanjut untuk larangan ekspor truk-truk besar pada Juni 2022.
Berdasarkan sanksi baru tersebut, pihak dealer masih diperbolehkan mengekspor mobil kecil, seperti Toyota Yaris atau Honda Fit, ke Rusia.
Element Trading, dealer mobil bekas di prefektur Niigata yang berbatasan dengan Toyama, mengalami penurunan pangsa bisnis Rusia dari di atas 50 persen menjadi di bawah 20 persen.
Baca juga: Intip Pabrik Neta di China, Bisa Produksi 1 Mobil Listrik Cuma 3 Menit
Data rumah lelang mobil USS menyebut, jumlah mobil bekas yang ditawarkan melonjak lebih dari 20 persen pada Agustus 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara harga jual rata-rata kendaraan mencatat penurunan 7 persen.
Kepala eksekutif Yutaka Horie menuturkan, penurunan harga ini disambut baik oleh sebagian pihak. Perusahaan daur ulang baterai 4R Energy telah melihat dampak signifikan dari penurunan harga mobil bekas, termasuk Nissan Leaf.
“Harga yang lebih rendah memberikan peluang yang lebih luas bagi usaha patungan antara Nissan dan rumah dagang Sumitomo untuk mengamankan pasokan,“ jelasnya. (*)
Editor: Galih Pratama