Jakarta – AXA General Insurance (AXA GI) Indonesia terus berkontribusi untuk mengurangi kecelakaan di jalan dengan berbagai upaya. Salah satunya adalah melalui edukasi risiko kepada masyarakat. Edukasi yang dilakukan AXA GI ini juga sejalan dengan arus mudik lebaran 2017 yang diprediksi bakal meningkat angkanya.
Berdasarkan laporan Insuring Safer Roads yang dilakukan oleh AXA Gi bersama mitra-mitra global lainnya, termasuk (Global Road Safety Partnership) Indonesia mencatat, total klaim yang harus dikeluarkan oleh asuransi kendaraan cukup besar, yakni Rp300 milliar. Melihat angka ini, penting bagi AXA GI melakukan edukasi keselamatan dalam berkendara untuk mengurangi angka kecelakaan mudik lebaran.
Chief Executive Officer (CEO) AXA GI Indonesia Paul-Henri Rastoul mengatakan asuransi memiliki peran penting untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya keselamatan berkendara di jalan. Oleh sebab itu, AXA GI bekerja sama dengan GRSP mengadakan sebuah workshop mengenai road safety (keselamatan di jalan) khususnya berkendara saat mudik lebaran 2017.
“Kami rasa ini penting dalam memberdayakan masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik, sekaligus menjadi contoh model bagi mereka,” ujar Paul-Henri di Jakarta, Rabu, 7 Juni 2017.
Di tempat yang sama, Chief of Human Resources and Legal Officer, AXA GI Indonesia Rudy Manik mengatakan, akan tibanya musim mudik lebaran 2017, tentunya dibayangi oleh berita mengenai tingginya angka kecelakaan saat mudik uang sudah hampir pasti kan menjadi berita headline. Padahaln kecelakaan di jalan ini merupakan sesuatu yang dapat dicegah dengan pemahaman yang lebih baik.
Berdasarkan data GRSP Indonesia angka kecelakaan lalu lintas pada lebaran 2016 masih cukup tinggi yakni terdapat 2719 kecelakaan. Dari total itu sebanyak 504 Korban mengalami meninggal dunia, 873 korban luka berat dan 3635 Korban luka ringan. Ketua GRSP Indonesia Iskandar Abubakar menambahkan ada beberapa penyebab kecelakaan utama saat mudik, antara lain kondisi tubuh pengendara, kelelahan, ngantuk, memaksakan tetap mengemudi walau ngantuk.
Kemudian penumpang yang berlebihan, ada masalah pada kendaraan, kerusakan karena perawatan yang kurang, mesin rusak karena macet, barang bawaan yang menggangu posisi duduk nyaman pengemudi/pengendara, dan mengabaikan rambu lalu lintas. Ada juga beberapa perilaku berisiko yang biasa dilakukan oleh pengguna jalan di Indonesia seperti memakai telepon genggam ketika mengemudi, kecepatan yang tinggi.
“Lalu tidak menggunakan helm saat menggunakan motor, atau tidak menggunakan sabuk pengaman, atau juga seperti konsumsi alkohol yang dapat mengurangi kesadaran. Hal ini sebaiknya kita hindari,” ucap Iskandar. (*)