Jazz Gunung Slamet, Pengalaman Menikmati Alunan Musik Menyatu dengan Alam

Jazz Gunung Slamet, Pengalaman Menikmati Alunan Musik Menyatu dengan Alam

Jakarta— Jazz Gunung Slamet, salah satu rangkaian dari Jazz Gunung Series 2024 digelar malam ini, Sabtu (11/5/2024) di kawasan Bumi Perkemahan Palawi, Wana Wisata Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah

Meski awalnya cuaca kurang bersahabat, namun kondisi itu tidak menghalau niat pengunjung untuk menyaksikan performance dari para musisi.

Ratusan penonton dari berbagai daerah tampak duduk mengitari bagian depan panggung. Mereka saling sahut menyahut mengiringi lantunan lagu yang dibawakan dari para musisi kesayangan.

Di tahun ini, sejumlah artis atau musisi mulai dari Cresensia Naibaho, Langthiep & The Boy Friends, dan Sal Priadi turut memanjakan telinga penggemarnya.

Tidak ketinggalan, ada pula musisi jazz kawakan Mus Mujiono & Ermy Kullit, termasuk Borderline feat Nita Aartsen yang akan tampil di pertengahan acara.

Baca juga: Mus Mujiono Hingga Sal Priadi Hangatkan Jazz Gunung Slamet 2024

Hadirnya Mus Mujiono akan mengingatkan kita akan sosok legendarisnya yang dikenal dengan gaya nyanyi ala George Benson. Penyanyi yang akrab disapa Nono ini sudah banyak melahirkan lagu-lagu yang hits. Lagu itu mulai dari Arti Kehidupan, Tanda-tanda, Reuni, Keraguan, dan Mesra.

Sosok Ermy Kulit juga menjadi nama besar bagi penggemar jazz Indonesia. Keduanya juga pernah tampil di ‘Jazz Gunung Bromo’ 2023.

Sigit Pramono, Founder Jazz Gunung menjelaskan, keberadaan Jazz Gunung ini tak lain untuk ingin mengapresiasi seniman musik sekaligus mempromosikan tempat wisata Banyumas.

“Setiap tahun itu musisinya beda-beda. Kita mempertimbangkan juga daya tariknya. Jadi kalau tahun ini kita coba dengan Mus Mujiono dan Ermy Kullit. Karena apa? Penikmat jazz itu lintas generasi dari senior sampai yang muda-muda. Makanya kita ada Sal Priadi itu untuk anak muda. Yang seniornya ada lagi dari Nita Aartsen dan kelompoknya,” ujarnya, Sabtu (11/5/2024).

Selanjutnya, kuartet Borderline tampil bersama pianis Nita Aartsen. Mereka tampil memadukan unsur klasik, jazz dan latin. Mereka pernah berkolaborasi dalam gelaran Java Jazz Festival 2023.

Jazz Gunung Menyatu dengan Alam

Sigit mengatakan, keputusan Jazz Gunung untuk mengadakan acara kedua kali di Gunung Slamet bukan tanpa alasan.

Ia menilai, antusias pengunjung untuk menyaksikan pertunjukan musik jazz yang berpadu dengan unsur etnik/tradisional selalu meningkat. Hal ini terbukti dengan naiknya jumlah penonton Jazz Gunung Bromo pada 2023.

Baca juga: Cresensia Naibaho Jadi Musisi Pembuka di Jazz Gunung Slamet 2024

“Jumlah orang yang punya kemampuan untuk menikmati pertunjukan musik itu meningkat dari tahun ke tahun. Selain menikmati perjalanan ke tempat wisata, mereka juga ingin ada variasi. Kita menawarkan sistem beda. Datang ke tempat wisata sekaligus menikmati jazz. Tentu mereka juga akan mau datang,” ungkapnya.

Berbeda dengan pertunjukan jazz pada umumnya, Sigit cenderung menampilkan pesona jazz lewat sentuhan etnik, wisata, yang mengangkat nilai kedaerahan.

Terlebih, gagasan jazz etnik yang ia tampilkan ialah mengajak para penonton untuk ‘menyatu dengan alam’ yang hadirkan di ruang terbuka.

“Saya memilih jalur yang beda dengan Java Jazz, kecil, blusukan, dan unik. Diferensiasi kalau saya nggak bisa melawan ya cari sesuatu yang beda. Tapi kami juga tetap melakukan kolaborasi,” pungkasnya. (*) Ranu Arasyki Lubis

Related Posts

News Update

Top News