Jakarta – Penyaluran green financing PT Bank Mandiri secara konsisten terus bertumbuh sebagai wujud penerapan keuangan berkelanjutan dan implementasi prinsip Environment, Social and Governance (ESG). BMRI mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit hijau naik 10,2 persen year on year (yoy) menjadi Rp115 triliun per Juni 2023.
Realisasi tersebut menjadikan Bank Mandiri sebagai market leader green financing di industri perbankan tanah air. Hingga paruh pertama 2023, penyaluran green financing bank pelat merah ini berkontribusi sebesar 11,7 persen dari total portofolio kredit.
“Realisasi ini merupakan bukti nyata penerapan keuangan berkelanjutan oleh Bank Mandiri sekaligus wujud komitmen kami mendukung transisi Indonesia menuju net zero emission (NZE) tahun 2060 dan tercapainya United Nations Sustainable Development Goals (UN SDGs),” ujar Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Alexandra Askandar dalam keterangan resmi, Jumat 1 September 2023.
Adapun, Bank Mandiri menjadi salah satu BUMN yang mendukung pelaksanaan ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) yang dilaksanakan di Jakarta 5-6 September 2023. AIPF yang merupakan flagship event dari ASEAN Summit 2023, salah satunya akan fokus pada bidang Keuangan Berkelanjutan dan Inovatif (Sustainable & Innovative Financing).
Baca juga: Komitmen Terapkan ESG, Bank Mandiri Perbesar Portofolio Hijau
Keuangan berkelanjutan merupakan bagian penting dalam upaya dunia memerangi perubahan iklim dan menuju ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
“Dalam sustainable financing, sektor keuangan berperan memobilisasi sumber daya dan modal untuk mengatasi perubahan iklim dan mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon,” katanya.
Potensi sustainable financing di Indonesia sangatlah besar. Dalam ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting and Related Meetings, Selasa (22/8/2023), Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, Indonesia setidaknya membutuhkan investasi sebesar USD200 miliar untuk pembangunan berkelanjutan dalam 10 tahun ke depan.
Sebagai bank pelat merah terbesar di Indonesia, Bank Mandiri berkomitmen terus mengembangkan sustainable banking. Untuk itu bank bersandi saham BMRI konsisten mengembangkan produk-produk keuangan berkelanjutan, baik dari sisi pembiayaan hijau (green financing) maupun dari sisi pendanaan (sustainable funding instruments).
Alexandra menambahkan, sebagai salah satu First Movers on Sustainable Banking, Bank Mandiri terus menggenjot penyaluran green financing di tanah air. Kucuran kredit ini ditujukan untuk proyek-proyek atau kegiatan usaha berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Hasilnya sampai kuartal II 2023, porsi terbesar pembiayaan hijau Bank Mandiri disalurkan ke sektor pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) sebesar Rp95,6 triliun. Disusul penyaluran pembiayaan untuk sektor energi terbarukan (renewable energy) sebesar Rp8,9 triliun, eco-efficient products Rp4,7 triliun dan clean transportation Rp3,2 triliun, serta sector hijau lainnya sebesar Rp2,8 triliun.
Dalam penyaluran pembiayaan hijau, bank dengan logo pita emas ini memiliki kebijakan ESG secara spesifik untuk setiap sektor berupa ESG Credit Policy. Untuk debitur di sektor kelapa sawit (crude palm oil/CPO) misalnya, Bank Mandiri mensyaratkan adanya sertifikat atau bukti pendaftaran ISPO/RSPO.
Adapun pada Maret 2023 lalu, 83 persen dari debitur di sektor kelapa sawit telah mengantongi atau tengah memproses sertifikat ISPO/RSPO.
“Melalui green financing dan kriteria IAC, Bank Mandiri mendorong para debitur untuk bertransisi ke ekonomi hijau dan berkelanjutan,” ujar Alexandra.
Jika dipotret dalam rentang waktu lebih panjang, Bank Mandiri konsisten mencatatkan kenaikan pembiayaan ke sektor energi terbarukan. Kredit untuk energi terbarukan pada 2020 hanya Rp2,5 triliun. Lalu naik naik menjadi Rp6,15 triliun di akhir 2022 lalu.
Adapun beberapa proyek energi terbarukan yang mendapatkan kucuran green financing dari Bank Mandiri adalah Kerinci Hydro Power Plant dengan total kapasitas 2x45MW MW dan Malea Hydro Power Plant di Sulawesi Selatan. Bank Mandiri juga menyalurkan pembiayaan untuk proyek Poso Hydro Power Plant dengan total kapasitas 515 MW.
“Bank Mandiri berkomitmen terus menyalurkan pembiayaan hijau sesuai rencana bisnis penyediaan listrik yang ditetapkan pemerintah, sebagai wujud konsistensi kami menerapkan keuangan berkelanjutan,” ujar Alexandra.
Jelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-25 pada 2 Oktober 2023 mendatang, Bank Mandiri akan terus konsisten mendukung penerapan pembiayaan berkelanjutan sesuai POJK 51/2017, dengan menargetkan penyaluran Sustainable Portofolio di kisaran 25 persen dari total kredit (Bank Only).
Bank Mandiri akan fokus pada beberapa sektor, seperti Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati Berkelanjutan, Energi Baru Terbarukan (EBT), Produk Eco-Efficient, serta Transportasi Ramah Lingkungan.
Baca juga: Begini Langkah Bank Mandiri Kurangi Kredit Sektor Non Ramah Lingkungan
Untuk mencapai target itu, BMRI berkomitmen terus mengembangkan instrumen pendanaan (sustainable funding instruments) demi menghimpun permodalan untuk kemudian disalurkan melalui green financing.
Bank Mandiri baru saja menerbitkan green bond senilai Rp5 triliun pada Juni 2023. Penerbitan obligasi hijau ini merupakan bagian dari rencana Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank Mandiri dengan target dana Rp10 triliun.
Sebelumnya, pada tahun 2021 BMRI telah menerbitkan surat utang berkelanjutan (sustainability bond) senilai USD300 juta. Dan pada 2022, BMRI menjadi bank pertama di Indonesia yang menyediakan transaksi ESG Repo senilai USD500 juta.
ASEAN Indo Pacific Forum (AIPF) merupakan bagian dari KTT ke-43 ASEAN dan KTT Asia Timur. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan, AIPF adalah inisiatif Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra