Jakarta – Dimotori kemajuan digitalisasi, investor-investor muda Indonesia kini semakin mudah mengakses informasi dan berinvestasi. Jumlah investor pasar modal Indonesia mengalami lonjakan tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam empat tahun terakhir saja, pasar modal Indonesia berhasil menggaet lebih dari 10 juta investor baru. Jumlahnya meningkat dari 3,9 juta pada akhir 2020 menjadi 14,9 juta pada Desember 2024.
Kemudahan akses informasi dan investasi ini tentu menjadi kabar baik, tetapi juga menghadirkan tantangan tersendiri. Apakah benar, mereka yang tergabung dalam 14,9 juta investor tersebut adalah investor sejati, atau justru spekulan yang belum memiliki pemahaman investasi yang memadai?
Baca juga: Mirae Asset Dorong Investor Manfaatkan Volatilitas dengan Teknologi AI
CEO & Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Afifa, menekankan bahwa generasi muda Indonesia perlu memahami perbedaan mendasar antara investasi dan spekulasi.
“Di tahapan hidup di mana ada begitu banyak tujuan finansial keluarga perlu diwujudkan, kita membutuhkan kesadaran dan pemahaman mengenai perencanaan keuangan yang mantap, agar tak terjerumus ke dalam spekulasi yang justru merugikan.” katanya, dikutip Kamis, 30 Januari 2025.
Menurutnya, investasi yang sehat membutuhkan strategi jangka panjang untuk membangun kekayaan secara bertahap melalui berbagai instrumen investasi yang telah teruji.
Selain itu, pemahaman mengenai tingkat pertumbuhan yang wajar dari alternatif investasi yang sustainable dan terbukti mampu bertahan dalam berbagai krisis juga menjadi hal yang penting.
Keuntungan Jangka Panjang Investasi Pasar Modal
Sebagai contoh, pasar saham Indonesia yang telah berdiri sejak 1912 mencatatkan tingkat return majemuk rata-rata 11,9 persen per tahun dalam 15 tahun terakhir. Sementara itu, Obligasi Ritel Indonesia menawarkan kupon dalam kisaran 6 persen-6,5 persen per tahun.
“Rasanya kecil dibandingkan dengan beberapa alternatif investasi baru yang menjanjikan para investor muda bisa kaya mendadak dalam satu-dua bulan. Inilah kenapa para investor muda Indonesia perlu bersahabat dengan waktu,” jelas Afifa.
Baca juga : BNI AM dan PEFINDO Perkuat Literasi Investasi Melalui Edukasi Indeks Saham
Di sisi lain, efek bunga berbunga (compounding effect) memungkinkan nilai investasi tumbuh secara eksponensial jika dilakukan sejak dini. Dengan waktu yang panjang, tujuan investasi bisa tercapai lebih optimal.
Sebagaiu ilustrasi, seseorang yang rutin menyisihkan Rp1 juta per bulan-atau Rp12 juta per tahun-mungkin hanya akan melihat pertumbuhan modal dalam hitungan ratusan ribu rupiah dalam jangka pendek.
Namun, dengan konsistensi 30 tahun, investasinya berpotensi tumbuh menjadi sekitar Rp1 miliar jika ditempatkan di obligasi, atau Rp3,4 miliar jika diinvestasikan di saham.
Di awal periode investasi, pertumbuhan uang memang terasa lambat. Akan tetapi, seiring waktu dan modal investasi yang terus menggulung, kecepatan pertumbuhan uang akan terpacu.
“Investasi reguler juga merupakan strategi yang baik bagi para investor muda,” jelas Afifa.
Reksadana: Alternatif Investasi yang Dikelola Profesional
Salah satu strategi investasi yang cocok bagi investor muda adalah melalui reksadana. Berbeda dengan investasi langsung di saham atau obligasi, reksadana dikelola oleh Manajer Investasi profesional yang berpengalaman.
Reksadana merupakan portofolio investasi yang terdiri dari sekumpulan saham atau obligasi yang dipilih secara hati-hati dan dikelola setiap hari untuk memberikan pertumbuhan optimal dengan risiko yang terkontrol.
Baca juga : Pasar AI Indonesia Penting, Alibaba Cloud Siapkan Investasi di SDM Lokal
“Investor juga dapat memilih reksadana yang sesuai dengan ekspektasi pertumbuhan dan kemampuannya menanggung risiko fluktuasi. Ada reksadana saham yang agresif, reksadana obligasi, reksadana campuran, sampai reksadana pasar uang yang sangat stabil. Di MAMI, kami juga memiliki beragam reksadana yang memberikan dividen rutin,” jelasnya.
Reksadana mulai dikenal di Indonesia sejak 1995, meskipun sebenarnya sudah ada sejak 1976. Hingga kini, reksadana telah membantu 14 juta investor Indonesia dalam mencapai tujuan keuangan mereka (KSEI, Desember 2024).
Salah satu keunggulan reksadana adalah tidak dikenakan pajak, sehingga seluruh keuntungan yang diperoleh investor sudah bersih dari potongan pajak.
Bijak dalam Berinvestasi
Afifa mengingatkan para investor untuk selalu membekali diri dengan informasi yang lengkap, menguasai teknik investasi yang diperlukan, serta bijak dalam memilih instrumen investasi.
“Pastikan juga kita tak sekedar silau dengan potensi keuntungan, tetapi juga memperhitungkan potensi risiko dari alternatif pilihan kita,” pungkanya. (*)
Editor: Yulian Saputra










