Jakarta – Survey World Economy Forum 2023 yang memprediksi akan ada resesi pada 2023 turut menimbulkan kekhawatiran berbagai negara di dunia. Posisi Indonesia saat ini bisa dikatakan cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,0% pada tahun 2023.
Indonesia pun dinilai memiliki posisi strategis berkat dipercaya menjadi ketua dan tuan rumah dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT ASEAN/ASEAN Summit) 2023 setelah sebelumnya menjadi tuan rumah G20.
Di sisi lain, terlepas dari kenaikan inflasi, pola konsumsi masyarakat Indonesia diperkirakan naik pada momen Ramadan dan lebaran.
Managing Director & Chief Economist DBS Group Taimur Baig mengatakan, Indonesia dapat bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Hal ini dapat dilihat dari keunggulan Indonesia yang tidak terlalu bergantung pada sistem ekonomi global.
“Dengan keanggotaan Indonesia dalam G20, sebuah komunitas internasional yang stabil secara demokrasi dan pengalihan kekuasaan, tentu ini menjadi keuntungan besar mengingat banyak negara yang belum bisa terhubung dengan jaringan global ini,” kata Baig dalam dalam Asian Insights Forum 2023, dikutip 31 Maret 2023.
Menurutnya, selama 20 tahun ke belakang, perbandingan antara utang dan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tergolong cukup sehat dibandingkan negara lain seperti Amerika, India dan negara Eropa lainnya.
“Tidak seperti Amerika, India, dan negara Eropa lainnya yang bisa mencapai angka rasio hutang dan PDBnya hingga 100% karena berbagai krisis yang harus mereka tanggulangi,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, pemerintah akan menjaga resiliensi pertumbuhan ekonomi dengan sejumlah strategi.
Indonesia sendiri telah menetapkan 16 priority economy deliverables yang terbagi dalam tiga strategic focus, yaitu recovery, rebuilding, digital economy, dan sustainability.
Selain itu, kata dia, strategi utama Indonesia untuk meningkatkan integrasi ekonomi dan perkuat daya saing ASEAN, untuk mewujudkan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, antara lain adalah transformasi digital.
“Dengan perluasan local currency transaction atau QRIS serta percepatan perundingan digital economic framework agreement atau DEVA. Penyelesaian ini diharapkan dapat dilakukan saat pertemuan masyarakat economic ASEAN ke 23, bulan September 2023,” jelasnya.
Ia melanjutkan, selain memanfaatkan transformasi digital, Indonesia turut juga memperkuat konektivitas melalui peningkatan konektivitas udara, laut, serta mendorong terwujudnya ASEAN power grid.
Langkah selanjutnya yakni meningkatkan penguatan rantai pasok dan sistem logistik ASEAN, dan tentu kerja sama lintas sektor memastikan pertahanan pangan di kawasan, sekaligus membuat penguatan mekanisme early warning system.
Langkah terakhir, lanjutnya, adanya akselerasi agenda keberlanjutan atau sustainability dengan pengembangan Trans-ASEAN renewable energy yang bersumber dari tenaga surya ataupun hydro, demikian pula mendorong terbentuknya ekosistem kendaraan listrik dan juga kerangka ekonomi biru di kawasan.
Piahknya berharap, strategi tersebut dapat mendorong pertumbuhan Indonesia serta memperkuat sinergi bersama dengan negara-negara anggota ASEAN secara berkelanjutan.
“Bertumbuh menuju arah yang lebih baik serta menjaga relasi dengan negara tetangga menjadi dua hal yang perlu dilakukan secara konsisten guna mencapai pertumbuhan bersama dengan Indonesia sebagai penggerak utamanya,” pungkasnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra