Poin Penting
- BNI mencatat kredit tumbuh 10,5 persen yoy menjadi Rp812,2 triliun dengan rasio NPL gross terjaga di 2,0 persen dan CAR di 21,1 persen.
- DPK naik 21,4 persen menjadi Rp934,3 triliun, ditopang kenaikan CASA 13,3 persen (porsi 65,65 persen). Aplikasi wondr by BNI tumbuh pesat dengan 10,5 juta pengguna dan transaksi Rp783 triliun.
- Melalui sustainability bond, BNI menyalurkan pembiayaan hijau hingga Rp192,4 triliun (24 persen dari total kredit) untuk proyek energi terbarukan dan UMKM ramah lingkungan.
Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI membukukan performa keuangan yang solid di kuartal III 2025. Penguatan fundamental, efisiensi funding dan transformasi digital menjadi motor pertumbuhan di tengah ekonomi yang menantang.
Menurut Direktur Utama BNI, Putrama Wahju Setyawan, perseroan tetap tangguh menghadapi volatilitas sekaligus menjaga keseimbangan pertumbuhan di semua lini bisnis, berkat penguatan portofolio dan efisiensi pendanaan.
“Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan BNI untuk tetap adaptif dalam menghadapi tantangan, sambil terus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” katanya dalam keterangan resmi, Jum’at, 24 Oktober 2025.
Secara fundamental, BNI memiliki permodalan yang solid. Rasio kecukupan modal (CAR) terjaga di posisi 21,1 persen. Pun demikian dengan likuiditas, di mana loan to deposit ratio (LDR) di posisi 86,9 persen, liquidity coverage ratio (LCR) 167,4 persen, dan net stable funding ratio (NSFR) 142,1 persen.
Kualitas aset juga menunjukkan perbaikan. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross di kisaran 2,0 persen, dan loan at risk (LAR) membaik ke level 10,4 persen. Perbaikan kualitas ini merefleksikan bahwa perseroan melakukan ekspansi dengan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent) dan manajemen risiko yang kuat.
Dari sisi intermediasi, BNI mencatatkan realisasi kredit sebesar Rp812,2 triliun, atau tumbuh 10,5 persen year on year (yoy). Semua segmen bisnis berhasil mencatatkan pertumbuhan positif.
“Pertumbuhan kredit BNI kini lebih seimbang di seluruh segmen, baik korporasi, menengah, maupun UMKM. Hal ini menunjukkan efektivitas strategi pembiayaan kami dalam menjaga kualitas aset sekaligus mendorong pertumbuhan sektor produktif,” tambah Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena.
Baca juga: BNI Raup Laba Bersih Rp15,12 Triliun, DPK Naik 21,4 Persen di Kuartal III 2025
Ia merinci, kredit korporasi tercatat tumbuh 12,4 persen,a tau menjadi Rp450,7 triliun. Lalu, kredit segmen menengah naik 14,3 persen, dan kredit UMKM non-KUR tumbuh 13,9 persen atau menjadi Rp46,3 triliun. Pertumbuhan ini sejalan dengan upaya perseroan dalam memperkuat sektor riil.
Selanjutnya, segmen konsumer yang ditopang KPR, personal loan, dan kartu kredit mengalami kenaikan 9,6 persen, atau Rp150,2 triliun. Sinergi dengan anak perusahaan turut memperkuat ekosistem bisnis BNI, tercermin dari pertumbuhan kredit usaha di level grup yang naik 15,3 persen menjadi Rp17,4 triliun.
Di lain sisi, perseroan juga memperkuat ketahanan keuangan, dengan pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang mumpuni. Per September 2025, CKPN BNI tercatat sebesar Rp34,7 triliun, dengan rasio cakupan terhadap kredit bermasalah (NPL coverage ratio) mencapai 222,7 persen.
Digitalisasi Dongkrak Dana Murah
Pertumbuhan kinerja BNI juga ditopang oleh digitalisasi yag mendorong dana murah (CASA) dan fee based income (FBI). Direktur Treasury & International Banking Abu Santosa Sudradjat, mengatakan, strategi digital transaction banking yang agresif mendongkrak pertumbuhan yang kuat.
Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 21,4 persen menjadi Rp934,3 triliun. Kenaikan DPK ditopang CASA naik 13,3 persen menjadi Rp613,4 triliun. Struktur DPK pun membaik dengan porsi dana murah mencapai 65,65 persen.
“Porsi dana murah ini memperkuat struktur pendanaan dan menekan biaya dana (cost of fund), menjaga profitabilitas tetap sehat,” tegas Abu.
Strategi digital transaction juga mendorong FBI tumbuh solid sebesar 11 persen. Strategi ini menyumbang 30 persen dari total pendapatan berbasis komisi BNI.
Salah satu penopang utamanya adalah aplikasi wondr by BNI. Pengguna aplikasi ini melonjak dari 2,8 juta di September 2024, menjadi 10,5 juta di September 2025. Nilai transaksi super apps ini tembus Rp783 triliun, dengan total 866 juta transaksi.
Sementara, kanal BNIdirect untuk segmen korporasi mencatatkan nilai transaksi Rp8.080 triliun atau melonjak 26,7 persen secara tahunan. Volume transaksi juga mengalami kenaikan 14,8 persen menjadi 1.061 juta transaksi.
Dalam mendorong ekspansi bisnis, BNI juga terus memperkuat positioning-nya dalam mendukung akselerasi transisi menuju ekonomi hijau. Melalui penerbitan sustainability bond, BNI menggenjot penyaluran kredit ke berbagai proyek ramah lingkungan. Mulai dari enerti terbarukan, efisiensi energi hingga pembiayaan sosial ekonomi bagi UMKM.
Baca juga: BNI dan Badan Bank Tanah Perkuat Sinergi Percepat Pembangunan Nasional
“Seluruh dana hasil penerbitan Sustainability Bond dialokasikan untuk proyek-proyek hijau yang memenuhi kriteria lingkungan. Kami ingin memastikan pembiayaan tidak hanya berdampak ekonomi, tetapi juga sosial dan lingkungan,” jelas Direktur Risk Management BNI David Pirzada.
Per September 2025, portofolio berkelanjutan BNI mencapai Rp192,4 triliun, atau setara 24 persen dari total kredit. Adapun secara konsolidasi, BNI mengantongi laba bersih sebesar Rp15,12 triliun hingga kuartal III 2025.
Meski terkoreksi, raihan itu disebut tetap menunjukkan keberhasilan strategi transformasi yang efektif. Ke depan, perseroan optimis bisa menjaga profitabilitas jangka panjang melalui tata kelola yang prudent. (*) Ari Astriawan










