“GWM average ini tetap mengacu ke GWM primer. Tinggal masalahnya maintenance periodenya. GWM sekarang ini di tiap titik harus sesuai ketentuan 6,5% ya 6,5% enggak bisa kurang. Secara rata-rata GWM tersebut harus sesuai dengan ketentuan,” ujar Agus, di Jakarta, Selasa, 22 November 2016.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, penerapan GWM Averaging ini bertujuan agar perbankan punya fleksibilitas aturan likuiditas. Dengan begitu, kata dia, perbankan nasional diharapkan dapat mendorong penguatan operasi moneter dalam ke depannya.
“Kami sudah reoperasi kerangka operasi moneter. Ini bagian dari pendalaman pasar keuangan. Upaya ini tentu tidak mengganggu likuiditas, dan jangan sampai berlebihan dan tidak ganggu capaian dari target,” ucap Agus. (*)
(Baca juga: Likuiditas Perbankan untuk Dorong Kredit Masih Oke)
Editor: Paulus Yoga
Page: 1 2
Suasana saat penyerahan sertifikat Predikat Platinum Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI) Jakarta.… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 22 November 2024, ditutup… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More
Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kembali meraih peringkat "Gold Rank" dalam ajang Asia… Read More