Jadi Primadona Ekspor, Nasib Pajak Bea Masuk Nanas Masih ‘Digantung’

Jadi Primadona Ekspor, Nasib Pajak Bea Masuk Nanas Masih ‘Digantung’

Jakarta – Buah bernama latin Ananas comosus ini menjadi primadona produk holtikultura ekspor Indonesia yang bernilai ekonomi fantastis. Data BPS menyebut, peningkatan ekspor buah nanas mencapai 31,27% atau rata-rata 8,65% per tahun.

Bahkan pangsa ekspor nanas juga lebih besar jika dibandingkan komoditas buah lain, yakni 41,36% terhadap total nilai ekspor produk hortikultura yang mencapai 84,48%

Meski begitu, berbagai pekerjaan rumah masih membayangi buah lokal satu ini. Antara lain, penerapan bea masuk pajak yang terlalu tinggi hingga risiko gangguan alam seperti El Nino.

Direktur Corporate Affair Great Giant Foods (GGF) Welly Soegiono mengungkapkan, ekspor komoditas buah nanas masih menjadi perlakuan tidak adil dari negara tujuan ekspor. 

“Hingga kini, kami masih dikenai pajak sebesar 16% oleh negara-negara tujuan ekspor khususnya di kawasan Eropa,” kata Welly, di Jakarta, Selasa (25/7).

Baca juga: Begini Bentuk Dukungan Great Giant Foods Majukan Petani Indonesia

Hal ini kata dia berbeda dengan negara Filipina yang dikenakan bea masuk pajak nol persen untuk produk buah yang sama di pasar ekspor dunia. 

“Filipina itu beli nanas di Indonesia dan menjual kembali ke pasar Eropa hanya dikenai pajak nol persen,” jelasnya.

Meski PT Great Giant Pineapple (GGP) yang menjadi anak usaha PT GGF dipatok pajak 16% oleh negara tujuan ekspor, namun mampu menguasai 23 persen pasar di Eropa.

“Artinya, dengan dipajaki tinggi saja masih bisa menguasai 23% pasar Eropa, bagaimana jika pajak bea masuknya nol persen sudah pasti bisa memberikan devisa yang besar bagi Indonesia,” terangnya.

Untuk itu, kata dia pemerintah perlu melakukan perundingan dengan otoritas negara di Kawasan Eropa dalam mengatasi masalah ini. 

“Kalaupun tengah melakukan perundingan, turut melibatkan kami. Itu yang selalu kami serukan,” bebernya.

Diketahui, dalam upaya perluasan penerapan tarif bea masuk nol persen tersebut, pemerintah tengah mempercepat penyelesaia perundingan Indonesia-Europen Union Comprehensive Partnership Agreement (IEU CEPA).

Kendala El Nino

Di lain sisi, Great Giant Foods (GGF) optimis, ekspor nanas tahun ini ke pasar global tidak akan terdampak akibat El Nino. Meski begitu, perusahan telah menyiapkan berbagai langkah preventif dalam mengatasi dampak kekeringan.

“Kami membuat lumbung air hingga sumur yang menjadi strategi dalam mempertahankan produksi dan kualitas nanas,” kata Presiden Direktur GGF Tommy Wattimena.

Menurutnya, langkah tersebut bisa memberikan stok air hingga 6 bulan ke depan. Artinya sekitar 80 persen area perkebunan kita dapat teririgasi dengan baik.

Baca juga: Nilai Ekspor Nanas Melejit, Pengusaha Menjerit

Saat ini, perseroan merupakan pengekspor nanas kaleng yang terintegrasi sebagai salah satu plantation terbesar di dunia. Tiap tahunnya, GGP mengekspor lebih dari 15.000 kontainer nanas. Setidaknya terdapat lebih dari 65 negara tujuan ekspor nanas dari GGP.

Di mana, sekitar 40% produk tersebut diekspor ke negara-negara Eropa, 25% ke Amerika, selebihnya diekspor ke Asia, Timur Tengah, dan Australia. Pada tahun pelaporan, kontribusi produk nanas kaleng menyumbang 90% pendapatan perseroan. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News