Jakarta – Di tengah upaya Qatar menengahi gencatan senjata di Gaza justru diperkeruh oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Hal tersebut diketahui dari laporan rekaman video yang bocor berisi kritikan Netanyahu kepada Negara Teluk itu.
“Pernyataan ini jika divalidasi, tidak bertanggung jawab dan merusak upaya menyelamatkan nyawa tak berdosa,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari dalam sebuah postingan di X pada hari Rabu, dinukil Al Jazeera, Kamis, 25 Januari 2024.
Al-Ansari mengatakan bocoran komentar Netanyahu merugikan upaya mediasi yang sudah dibangun. Bahkan, bisa melemahkan proses mediasi ke depannya.
“Jika pernyataan yang dilaporkan itu benar, PM Israel hanya akan menghalangi dan melemahkan proses mediasi, dengan alasan yang tampaknya menguntungkan karier politiknya dibandingkan memprioritaskan penyelamatan nyawa tak berdosa, termasuk sandera Israel,” katanya.
Baca juga: Israel Tegaskan Bakal Akhiri Perang Gaza, Asalkan…
Dalam rekaman video tersebut, yang berlansung pekan lalu dengan keluarga tawanan yang ditahan di Gaza, Netanyahu menyalahkan Qatar karena mendanai Hamas.
Selain itu, dirinya menyatakan kekecewaan dengan keputusan Amerika Serikat untuk memperluas kehadiran pangkalan militer di negara Teluk tersebut.
Sebagaimana diketahui, Qatar bersama dengan Mesir telah berulang kali terlibat dalam negosiasi untuk menengahi gencatan senjata di Gaza dan memastikan masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Pada November 2023, hasil mediasi tersebut berhasil dilakukan jeda perang selama seminggu. Selain itu, lebih dari 100 tawanan dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Qatar juga tetap terlibat dalam perundingan yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan baru untuk pembebasan sekitar 130 tawanan yang masih ditahan oleh Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya.
Al-Ansari mengatakan bocoran komentar Netanyahu merugikan upaya tersebut.
“Jika pernyataan yang dilaporkan itu benar, PM Israel hanya akan menghalangi dan melemahkan proses mediasi, dengan alasan yang tampaknya menguntungkan karier politiknya dibandingkan memprioritaskan penyelamatan nyawa tak berdosa, termasuk sandera Israel,” katanya.
Tidak Ada Bedanya dengan PBB
Netanyahu, dalam pernyataannya yang bocor tersebut mengatakan kepada keluarga para tawanan bahwa pihaknya sengaja tidak berterima kasih kepada Qatar atas upaya mediasinya, dan mengklaim bahwa hal itu dapat memberikan tekanan lebih besar pada Hamas.
“Anda tidak akan mendengar saya berterima kasih kepada Qatar yang pada dasarnya tidak berbeda dengan PBB atau Palang Merah, dan bahkan lebih bermasalah. Saya tidak mempunyai ilusi mengenai mereka,” kata Netanyahu dalam rekaman yang diperoleh Channel 12.
“Mereka punya sarana untuk menekan pada Hamas. Dan mengapa? Karena mereka membiayainya,” tambahnya.
Stefanie Dekker dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Yerusalem Timur mengatakan, kebocoran apa pun dari kantor Netanyahu biasanya tidak terjadi secara kebetulan.
“Biasanya dilakukan karena alasan politik. Hal ini hanya dapat Anda pertanyakan,” jelasnya.
Baca juga: Situasi Makin Memburuk, PBB Sebut Gaza Berada di Tepi Jurang
Hassan Barari, seorang profesor di Universitas Qatar mengatakan, dugaan kritik Perdana Menteri Israel terhadap upaya mediasi Qatar mencerminkan rasa frustrasinya atas kegagalannya dalam perang.
“Qatar telah berkali-kali turun tangan, dan Qatar telah berhasil menjadi penengah antara Israel dan Hamas,” kata Barari.
“Netanyahu ingin semua orang melakukan sesuatu dengan caranya sendiri. Dia gagal di medan pertempuran, dia gagal meyakinkan rakyatnya sendiri bahwa dia melakukan hal yang benar, dan dia ingin menyalahkan orang lain dan menyalahkan orang-orang Qatar atas kegagalannya,” tambahnya.
Qatar, yang menjadi tuan rumah bagi kepemimpinan politik Hamas, dalam beberapa tahun terakhir telah mengirimkan bantuan jutaan dolar ke Jalur Gaza yang dikuasai Hamas .
Adapun, Israel memberlakukan blokade di Jalur Gaza pada tahun 2007 dan membatasi serta mengendalikan aliran barang yang masuk dan keluar dari wilayah pesisir tersebut. (*)_
Editor: Galih Pratama