Jakarta – Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Ifan Setiaputra membeberkan alasan pihaknya menutup sejumlah rute penerbangan internasional.
“Jadi bapak ibu sekalian memang banyak sekali pertanyaan kenapa rute ini tidak dibuka lagi, karena memang kita masih melihat bahwa rute tersebut secara finansial tidak menguntungkan,” ujar Ifan, dalam acara Public Expose Garuda Indonesia, Senin, 11 November 2024.
Ia mengatakan, apabila rute tetap diteruskan maka akan menjadi beban bagi perusahaan dan harus dipastikan bahwa rute yang menguntungkan akan menyubsidi rute tersebut.
Baca juga : DBS Group Mau Caplok Saham Bank Malaysia, Ini Bocorannya
Diketahui, Garuda Indonesia sendiri resmi memangkas 97 rute pada 2022. Dari jumlah rute penerbangan 237 menjadi 140.
Salah satu rute internasional yang ditutup yakni Jakarta-London dan Jakarta-Nagoya. Langkah ini dilakukan lantaran maskapai pelat merah tersebut tidak mampu bersaing dengan kompetititor maskapai terbang ke London.
Pada awal pembukaan rute internasional, Jakarta-London memang didasari adanya fenomena ‘pulang kampung’ jutaan warga Australia ke negara asalnya. Peluang tersebut coba dimanfaatkan oleh banyak sekali airlines di Asia Tenggara.
Baca juga : International Golo Mori Jazz Resmi Ditunda hingga Awal 2025
“Sayangnya value proposition yang dimiliki Garuda Indonesia itu berbeda dengan yang lain. Hal ini berbanding terbalik dengan rute penerbangan ke Jeddah, Arab Saudi,” ungkap Irfan dalam acara Leadership in Changing Atmosphere, Kamis, 24 April 2023.
Begitu pun dengan rute penerbangan internasional Nagoya. Dirinya pun mempertanyakan kenapa bisa membuka rute ke satu kota di Jepang yang mayoritas orang Indonesia tidak kenal. Kalah pamor dengan Osaka ataupun Tokyo.
“Hingga akhirnya rute Nagoya juga kita tutup karena tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan,” bebernya.
Baca juga: Perkuat Layanan Premium, Garuda Indonesia Gandeng BMW dan VFS Global
Demikian juga dengan fokus perusahaan sebagai maskapai berbasis full service, di mana tidak ada keinginan menjadi low cost carrier.
“Akibatnya dari sisi harga kita akan selalu maintance pada level yang mana mendeskripsikan Garuda sebagai full service airlines,” pungkasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra