Jakarta–Bank Indonesia (BI) menilai, depresiasi rupiah terhadap Dolar AS yang terjadi belakangan ini lebih dipengaruhi oleh sentimen negatif eksternal, terutama wacana kenaikan bunga The Fed dan keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa (Britain Exits/Brexit).
“Rupiah yang bergejolak beberapa hari ini, peran utamanya dari eksternal,” ujar Gubernur BI, Agus D.W. Martowardojo di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat, 20 Mei 2016.
Menurutnya, sentimen yang paling berpengaruh adalah pernyataan petinggi Federal Reserve yang akan menaikkan suku bunga The Fed. “Jadi, kelihatan statement-nya itu mengarah ke statement yang dovish untuk yang bulan Juni. itu berdampak kepada pasar di dunia,” tukasnya.
Selain itu, tren pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS juga dipengaruhi oleh kabar yang menyebutkan Inggris Raya akan keluar dari Uni Eropa. “Hal lain (mempengaruhi Rupiah), Brexit. Di pekan terakhir Juni akan ada referendum, itu bisa pengaruhi Poundsterling yang salah satu currency kuat di dunia,” ucapnya.
Dengan demikian, lanjut Agus, pelemahan rupiah bukan terdampak dari jalur perdagangan, melainkan dari jalur keuangan. Sehingga, kondisi ini akan mempengaruhi stabilitas keuangan global. “Itu yang perlu diwaspadai,” tegasnya.
Indonesia juga perlu mewaspadai bahwa pelemahan ekonomi dunia disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi di negara maju. “Tetapi, negara berkembang juga memberi peranan yang besar. Hal ini akan mempengaruhi permintaan perdagangan,” tutup Agus. (*)
Editor: Paulus Yoga