Jakarta – Militer Israel tengah menargetkan untuk menyerang terowongan raksasa yang dibangun di bawah jalur Gaza oleh Hamas. Selama ini, terowongan sepanjang 500 kilometer (km) itu digunakan untuk keperluan pertahanan dan perang gerilya dengan Israel.
“Bayangkan Jalur Gaza itu satu lapisan untuk warga sipil dan kemudian satu lapisan lagi untuk Hamas. Kami mencoba untuk sampai ke lapisan kedua yang telah dibangun Hamas,” kata Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dikutip Selasa (17/10).
Baca juga: Perang Israel vs Hamas Makin Panas, Korban Tewas Tembus 3.500 Jiwa
Ia menyebut, terowongan yang dibangun tersebut bukan dipergunakan untuk kepentingan masyawakat sipil Gaza, melainkan untuk operasi Hamas dan teroris lainnya supaya menembakkan roket ke Israel.
Sejak tahun 2021 lalu, pihak IDF mengklaim telah menghancurkan lebih dari 100 km terowongan dalam serangan udara. Adapun Hamas mengklaim bahwa terowongan tersebut mempunyai panjang 500 km hanya sekitar 5 persen yang terkena serangan.
Sementara itu, para pakar internasional memperingatkan akan bahaya yang dihadapi apabila tentara Israel melanjutkan invasi darat di Gaza dan terlibat perang kota dengan Hamas.
Mereka mengatakan, terowongan bawah tanah yang sarat akan perangkat mematikan tersebut akan meniadakan keunggulan teknologi Israel yang cukup besar dibanding milik Hamas.
“Mereka dapat menggunakan jaringan terowongan mereka untuk masuk guna serangan balik atau menyerang ke segala arah sehingga menyulitkan Israel untuk menggunakan keunggulan teknologi secara efektif,” kata pensiunan Jenderal Marinir AS Frank McKenzie.
Baca juga: Adu Kekuatan Militer Israel vs Hamas, Mana Paling Kuat?
Adapun, taktik yang disengaja untuk bisa menarik perlawanan ke wilayah pinggiran kota yang dipenuhi warga sipil untuk menempatkan Israel dalam kebingungan yang mana warga sipil akan berkerumun di sebuah apartemen bertingkat di atas, di bawah, dan di samping sniper yang tersembunyi.
“Pertempuran di daerah perkotaan yang padat adalah jenis peperangan yang paling kompleks dan sulit yang dapat dilakukan oleh militer,” tandasnya. (*)
Editor: Galih Pratama