Jakarta – Pertempuran antara militer Israel dan Hamas terus berlangsung pasca gencatan senjata kedua belah pihak tersebut tidak diperpanjang sejak pekan lalu.
Dilaporkan pada Kamis (17/12), Israel dan Hamas terlibat pertempuran di kota-kota terbesar di Jalur Gaza. Imbasnya, warga sipil Palestina mencari tempat berlindung untuk menghindari pertempuran.
Termasuk pula di kawasan Khan Younis di Gaza Selatan, lokasi perluasan terbaru perang di mana Israel memusatkan perhatian pada tahap awal kampanyenya untuk melenyapkan Hamas
PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, pasukan Israel mengepung lokasi keberadaan pemimpin Hamas di Gaza Yahya Sinwar.
“Tinggal menunggu waktu saja sampai kami menemukannya,” kata Netanyahu, dikutip VOA Indonesia, Jumat, 8 Desember 2023.
Baca juga: Tegas! Supermarket di Yordania Labeli Produk Pro Israel, Bagaimana Dengan Indonesia?
Diketahui, pertempuran itu mendorong warga sipil semakin jauh ke selatan, mengganggu operasi kemanusiaan PBB dan memicu peringatan berulang kali mengenai situasi yang semakin mengerikan.
PBB mengatakan, puluhan ribu orang telah tiba dalam beberapa hari ini di Rafah, kota di dekat perbatasan selatan Gaza. Rafah adalah satu-satunya daerah di Gaza yang telah menerima distribusi bantuan kemanusiaan yang terbatas pekan ini akibat meningkatnya kekerasan lebih jauh di utara, kata PBB.
Penduduk dan wartawan melaporkan banyak serangan udara Israel terhadap Rafah semalam. Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas melaporkan sedikitnya 37 orang tewas. Militer Israel Kamis menuduh militan menembakkan roket dari daerah-daerah di dekat Rafah.
Situasi yang memburuk bagi warga sipil telah mendorong peringatan yang jarang dikeluarkan Sekjen PBB Antonio Guterres kepada Dewan Keamanan PBB melalui sepucuk surat.
Baca juga: Kian Radikal, Israel Desak WHO Kosongkan Gudang Bantuan di Gaza Selatan
Ia menulis bahwa keruntuhan total sistem kemanusiaan di Gaza akan “berpotensi menimbulkan dampak yang tidak bisa diperbaiki lagi bagi rakyat Palestina secara keseluruhan serta bagi perdamaian dan keamanan di kawasan”.
“Di tengah bombardemen terus menerus oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dan tanpa tempat berlindung atau bahan-bahan dasar untuk bertahan hidup, saya perkirakan ketertiban publik akan segera ambruk sepenuhnya karena kondisi menyedihkan ini, membuat pengiriman bantuan kemanusiaan yang terbatas pun mustahil dilakukan,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama