Jakarta – Saham menjadi salah satu instrumen investasi yang dapat menjadi alternatif bagi seorang individu untuk mencapai tujuan finansialnya. Namun, investasi saham termasuk ke dalam kategori investasi dengan high risk dan high return.
Oleh karena itu, SEVP Retail Markets and Technology BNI Sekuritas, Teddy Wishadi, mengatakan bahwa investor yang ingin menempatkan asetnya pada investasi saham perlu mengenali risiko investasi saham agar mereka dapat membangun portofolio yang sehat dan berkelanjutan.
Berdasarkan hal itu, Teddy merangkum beberapa risiko investasi saham untuk para investor, di antaranya adalah:
1. Risiko Likuiditas
Risiko terjadi ketika suatu aset, seperti saham, sulit untuk dibeli atau dijual dengan cepat tanpa memengaruhi harga pasar secara signifikan. Risiko ini muncul karena kurangnya minat dari investor atau terbatasnya likuiditas (kelancaran transaksi) pada aset tertentu.
Dalam konteks saham, risiko likuiditas bisa menyebabkan penurunan harga jual karena ada sedikit pembeli yang bersedia membeli saham tersebut, sehingga investor mungkin harus menjual saham dengan harga yang lebih rendah dari yang diharapkan.
Baca juga: Mudahkan Trader Saham, Ajaib Luncurkan Fitur Pemindahan Saham dari Portofolio
2. Risiko Forced Delisting
Risiko ini adalah situasi di mana sebuah perusahaan dipaksa untuk menghapus sahamnya dari bursa efek. Hal ini menyebabkan investor dapat kehilangan nilai investasi karena saham perusahaan yang terpaksa delisting mungkin akan mengalami penurunan nilai atau menjadi tidak likuid.
3. Risiko Capital Loss
Risiko ini merupakan risiko di mana nilai investasi seseorang menurun dari harga beli awalnya. Hal ini terjadi ketika harga aset, seperti saham atau obligasi, turun di bawah harga beli investor. Risiko ini umumnya terjadi karena fluktuasi pasar yang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kondisi ekonomi, kinerja perusahaan, atau peristiwa berita.
4. Risiko Pasar atau Systematic Risk
Risiko pasar pada investasi saham merujuk pada fluktuasi harga saham yang disebabkan oleh perubahan kondisi pasar secara keseluruhan. Risiko ini tidak dapat dihindari dan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kondisi ekonomi, suku bunga, sentimen investor, dan peristiwa politik.
5. Risiko Tidak Sistematis atau Unsystematic Risk
Risiko ini dalam konteks investasi saham adalah risiko yang bersifat spesifik bagi suatu perusahaan atau aset tertentu, dan tidak terkait dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Risiko ini dapat dianggap sebagai risiko idiosinkratis yang dapat dikelola atau diatasi melalui diversifikasi portofolio.
Baca juga: MAMI: Ekonomi Global Solid di Tengah Koreksi Pasar Saham dan Surat Utang
6. Risiko Inflasi
Risiko ini dalam investasi saham adalah potensi penurunan daya beli karena kenaikan tingkat inflasi. Inflasi dapat menyebabkan penurunan nilai riil, pendapatan dividen, dan kinerja pasar saham.
7. Risiko Kebangkrutan
Risiko kebangkrutan adalah kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar hutang atau kewajiban keuangannya. Risiko ini dapat berdampak negatif pada nilai saham dan menyebabkan kerugian bagi investor. Penyebabnya dapat meliputi kinerja buruk, manajemen yang tidak efisien, hutang berlebihan, atau persaingan industri.
“Melalui pemahaman yang mendalam mengenai risiko-risiko investasi saham dan pengelolaannya, para investor dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas dan terinformasi,” ucap Teddy dalam keterangan resmi, 28 Mei 2024. (*)
Editor: Galih Pratama