Jakarta–Layanan investasi 3 jam yang diluncurkan oleh BKPM selain dimanfaatkan oleh investor Tiongkok, juga dimanfaatkan oleh investor dari kawasan Timur Tengah. BKPM mencatat dua perusahaan pengguna layanan investasi 3 jam memiliki pemegang saham dari Timur Tengah. Perusahaan tersebut bergerak di bidang properti (Saudi Arabia) dan industri pembuatan logam dasar bukan besi (Uni Emirat Arab).
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani menyampaikan bahwa pihaknya optimistis ke depan akan semakin banyak investor yang memanfaatkan layanan izin investasi 3 jam tersebut. “Pemanfaatan layanan investasi 3 jam oleh investor Timur Tengah dan dari negara lainnya sangat positif dalam perkembangan layanan izin investasi 3 jam ini,” ujarnya dalam keterangan resminya kepada pers, Kamis, 14 Januari 2016.
Menurut Franky, dua perusahaan dari Timur Tengah yang memanfaatkan layanan investasi 3 jam tersebut menanamkan modalnya sebesar Rp 110 miliar untuk sektor properti di wilayah DKI Jakarta dan sebesar US$ 30 juta untuk sektor industri pembuatan logam dasar bukan besi Morowali (Sulawesi Tengah). “Keduanya berpartner dengan mitra lokalnya di Indonesia jadi dalam perusahaan terdapat pemegang saham Indonesia,” jelasnya.
Lebih lanjut Franky menyampaikan bahwa pemanfaatan layanan izin investasi 3 jam oleh investor-investor Timur Tengah tersebut diharapkan akan terus berkembang dan berperan positif terhadap masuknya aliran investasi dari Timur Tengah ke Indonesia.
Selain investor Timur Tengah, dari 7 perusahaan yang selama ini tercatat menggunakan layanan investasi 3 jam berasal dari Inggris, Belgia, Amerika Serikat dan Tiongkok. Selain itu terdapat satu PMDN pembangkit listrik tenaga air yang juga tercatat memanfaatkan layanan izin investasi 3 jam.
Selama ini negara-negara Timur Tengah masih berada di papan tengah daftar peringkat negara-negara yang menanamkan modalnya di Indonesia. Apabila merujuk pada data rencana investasi yang dirilis BKPM periode Januari-Desember 2015, Iran menempati peringkat ke-8 dengan nilai rencana investasi Rp 50 triliun, Yordania di peringkat ke-16 dengan nilai investasi Rp 3,3 triliun, Uni Emirat Arab berada di peringkat-19 dengan nilai rencana investasi Rp 2,5 triliun kemudian Saudi Arabia menempati peringkat ke-22 dengan nilai Rp 1,6 triliun baru diikuti oleh negara-negara Timur Tengah lainnya.
Untuk diketahui, BKPM pada tahun 2016 menargetkan capaian realisasi investasi bisa tumbuh 14,4% dari target tahun 2015 atau mencapai Rp 594,8 triliun. Realisasi ini dikontribusi dari PMA sebesar Rp 386,4 triliun atau naik 12,6% dari target PMA tahun lalu, serta dari PMDN sebesar Rp 208,4 triliun naik 18,4% dari target PMDN tahun lalu. Sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja di tahun 2016, BKPM menargetkan penyerapan 2 juta tenaga kerja.
Timur Tengah merupakan salah satu prioritas pemasaran investasi BKPM pada tahun 2015 bersama Singapura, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Amerika Serikat, Australia, Taiwan, Timur Tengah, Malaysia, dan Inggris. Selain 10 negara prioritas tersebut pada tahun 2016, BKPM menambahkan 9 negara sebagai prioritas pemasaran investasi di antaranya Hong Kong, India, Thailand, Vietnam, Jerman, Belanda, Italia, Kanada, dan Rusia. (*) Ria Martati