oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham Asia hari Kamis, 28 Januari 2016 ditutup mixed. Investor masih menimbang kemungkinan kenaikan Fed Fund rate pada bulan Maret mendatang yang masih menjadi opsi the Fed. Indeks Nikkei turun 0,71%, Hang Seng naik 0,75%, Shanghai Composite turun 2,92%, Kospi Korsel naik 0,48% dan Singapore STI naik 0,64%. Sementara pasar Eropa ditutup melemah setelah data ekonomi zona Eropa tidak cukup positif dan setelah keputusan FOMC yang cenderung berhati-hati. FTSE 100 Inggris turun 0,98%, DAX Jerman turun 2,44%, CAC 40 Perancis turun 1,33% dan IBEX 35 Spanyol turun 1,72%. Pasar ekuitas US ditutup menguat ditopang oleh naiknya harga minyak dan kenaikan harga saham beberapa saham berkapitalisasi besar seperti Facebook, Caterpillar dan Under Armour. DJIA naik 0,79%, S&P 500 index naik 0,55%, dan NASDAQ composite naik 0,86%. Pagi ini pasar Asia dibuka melemah. Nikkei turun 0,17% dan Kospi Korsel turun 0,62% (08.15 WIB).
Dari Eropa, UK mencatat pertumbuhan ekonomi pada Q4 2015 sebesar 1,9% yoy. Sementara sepanjang 2015 ekonomi UK tumbuh 2,2%, turun dibandingkan 2014 yang mencatat pertumbuhan sebesar 2,9%. Pertumbuhan ekonomi UK meskipun melambat, tetap tercatat sebagai ekonomi Negara maju dengan pertumbuhan ekonomi tercepat. Selanjutnya European Commission kemarin menyebutkan bahwa indikator sentimen ekonomi Eropa, yaitu indikator yang menggabungkan tingkat kepercayaan konsumen dan produsen di Eropa terhadap ekonomi Eropa, turun ke 105,0 di bulan Januari dari 106,7 di bulan Desember. Angka ini lebih rendah dari perkiraan pengamat sebesar 106,5 dan merupakan yang terendah sejak Agustus tahun lalu. Penurunan tingkat kepercayaan terbesar terjadi di Spanyol, Jerman dan Italia. Konsumen dan produsen mencemaskan perkembangan ekonomi global dan turbulensi di pasar keuangan.
Dari US, pemesanan untuk barang tahan lama (durable goods) bulan Desember turun 5,1%, lebih rendah dari yang diperkirakan yaitu penurunan sebesar 1,5%. Data yang dirilis kemarin ini mengindikasikan penurunan pertumbuhan ekonomi pada Q4 2015 yang akan dirilis hari ini. Selanjutnya initial jobless claim (jumlah orang yang mendaftar untuk memperoleh unemployment benefit) turun 16.000 ke 278.000 untuk 7 hari yang berakhir tanggal 23 Januari 2016. Data ini turun dibandingkan seminggu sebelumnya yang mencapai 294.000. Secara umum initial jobless claim di US terus menurun dari tahun ke tahun sejak 2009 (pada bulan Maret 2009 mencapai 665.000), menunjukkan semakin membaiknya pasar tenaga kerja US.
Konferensi Exchange Traded Fund tahunan di Miami US yang dihadiri oleh banyak fund managers terkenal di dunia seperti Bill McNabb (Vanguard Chairman), Anthony Davidow dan Liz Ann Sonders (Charles Schwab), Jeffrey Gundlach (DoubleLine Capital), Mark Yusko (Morgan Creek Capital), dan Marc Faber serta Dennis Gartman yang mewakili investor, memberikan insight penting mengenai kondisi pasar keuangan dan perekonomian global. Marc Faber memprediksi harga saham akan terus turun karena pasar akan menyesuaikan terhadap realita resesi global, Bill McNabb menyebutkan bahwa tahun ini investor tidak akan memperoleh hasil lebih besar dari 5-7%, Mark Yusko menyebutkan, bahwa baik US maupun Eropa akan mengalami resesi tahun ini, Marc Faber dan Dennis Gartman menyatakan bahwa rally di pasar saham dan rally harga minyak mungkin tidak akan lagi dilihat oleh keduanya sampai akhir masa hidupnya. Sementara pada kesempatan lain, CEO Blackrock Larry Fink menyebutkan bahwa harga minyak harus menembus USD22 per barrel dan pasar saham harus turun 10% lagi, sebelum terjadi stabilisasi. Di tengah prediksi-prediksi yang negatif tersebut, paling tidak terdapat satu fund manager besar yang tetap optimis. Liz Ann Sonders, Chief Investment Strategist dari Charles Schwabb fund menyebutkan bahwa kondisi perekonomian saat ini masih jauh dari resesi, masih jauh dari kondisi seperti tahun 2008. Bahkan Liz percaya pasar akan memasuki kembali periode bullish. Saat ini hanya terjadi koreksi temporer. Terkait harga minyak, harga minyak di level USD30 per barrel merupakan harga yang ekstrim, dan akan kembali naik setelah pada akhirnya negara produsen minyak akan mengurangi output.
Institute of International Finance (IIF) melaporkan bahwa ouflow dari emerging market terus terjadi di bulan Januari 2016 dan menandai ouflow selama 7 bulan berturut-turut. Outflow di bulan Januari 2016 tercatat sebesar USD3,6 miliar yang terdiri dari outflow dari pasar saham EM sebesar USD8,9 miliar dan inflow ke pasar obligasi EM sebesar USD5,3 miliar. Investor tampak mengalihkan portofolio investasi yang berisiko ke yang kurang berisiko untuk mengantisipasi turbulensi di pasar keuangan.
Ekonomi Filipina pada Q4 2015 naik 6,3% yoy, sementara sepanjang 2015, GDP tumbuh sebesar 5,8%. Kinerja ekonomi Filipina lebih baik dari perkiraan pengamat, dan relatif lebih kuat dibandingkan Negara peer yang juga terkena dampak pelemahan ekonomi China dan global. Sementara Malaysia memperkirakan pertumbuhan ekonominya pada tahun 2016 akan turun menjadi 4% – 4,5% dibandingkan tahun 2015 yang diperkirakan sebesar 5%. Malaysia sebagai salah satu Negara pengekspor minyak di Asia terpapar risiko rendahnya harga minyak dunia.
Moody’s Investor Service kemarin mengafirmasi rating kredit Indonesia pada level Baa3 (investment grade) dengan outlook stabil. Faktor utama yang mendukung keputusan tersebut adalah neraca Pemerintah yang cukup kuat di tengah ancaman pelebaran defisit, respon kebijakan yang efektif dalam memitigasi risiko pelemahan harga komoditas dan pelambatan ekonomi global yang tentunya mendukung keseimbangan eksternal yang lebih sustainable. Lebih lanjut, outlook stabil mencerminkan ketangguhan ekonomi Indonesia terhadap tekanan penurunan harga minyak dan volatilitas pasar keuangan ke depan.
Bank sentral Africa Selatan menaikkan tingkat bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 6,75% dalam upayanya untuk menstabilkan mata uang Rand. Ekonomi Afsel menuju ke resesi. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Afsel hanya akan mencapai 0,7% tahun ini. Sementara bank sentral Afsel memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,9%, turun dari perkiraan sebelumnya di bulan November tahun lalu yaitu sebesar 1,5%.
Harga minyak ditutup naik walaupun di penghujung hari perdagangan kemarin sempat turun setelah OPEC menyebutkan bahwa laporan akan adanya koordinasi antara OPEC dengan Negara produsen minyak non OPEC tidak berdasar. Ketidakpastian dan kesimpangsiuran tersebut membuat pasar semakin khawatir dengan volatilitas yang mungkin masih akan terjadi. WTI crude Nymex untuk pengiriman Maret naik USD0,92 (2,9%) ke level USD33,22 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Maret naik USD0,79 (2,4%) ke level USD33,89 per barrel.
Yield UST turun setelah salah satu data ekonomi US yaitu pemesanan durable goods turun lebih besar dari yang diperkirakan. Selain itu, hasil lelang UST tenor 7 tahun yang berhasil menarik pemesanan sejumlah USD29 miliar juga membuat yield UST turun. Yield UST 10 year turun 2 bps ke level 1,98%, sementara UST 30 year relatif tidak bergerak, di level 2,79%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 29 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara di Eropa yield German bund tenor 10 tahun turun 4 bps ke level 0,40%.
Pasar SUN menguat, yield SUN tenor 10 tahun turun 3 bps ke level 8,42%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 32 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG pada penutupan kemarin naik 19,20 poin (0,42%) ke level 4.602,83. Year to date IHSG membukukan kenaikan indeks sebesar 0,2% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Asing membukukan net buy sebesar Rp8,7 miliar sehingga year to date asing masih membukukan net sell sebesar Rp3,73 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup menguat Rp3 ke level Rp13.873 per Dolar AS. NDF Rupiah 1M menguat Rp28 ke level Rp13.921. Persepsi risiko turun, CDS spread 5Y turun 5 poin ke level 237.
Secara umum pasar keuangan masih cukup berfluktuasi. Pelaku pasar masih mempertimbangkan hasil FOMC meeting kemarin dan mengantisipasi hasil BOJ meeting hari ini. Harga minyak mendorong harga saham naik, namun laporan terakhir menyebutkan bahwa tidak terdapat aksi yang berarti mengenai kemungkinan koordinasi antara OPEC dan Negara produsen minyak non OPEC. (*)