oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham Asia hari Kamis, 4 Februari 2016 umumnya ditutup menguat karena data sektor jasa AS yang lebih lemah dari yang diperkirakan membuat nilai tukar USD melemah dan meningkatkan harga komoditas termasuk minyak. Indeks Nikkei turun 0,85%, Hang Seng naik 1,01%, Shanghai Composite naik 1,53%, Kospi Korsel naik 1,35% dan Singapore STI naik 0,30%. Sementara pasar Eropa ditutup menguat meskipun terdapat laporan kerugian Credit Suisse AG. FTSE 100 Inggris naik 1,06%, DAX Jerman turun 0,44%, CAC 40 Perancis naik 0,04% dan IBEX 35 Spanyol naik 1,85%. Pasar ekuitas US ditutup naik meskipun tidak terdapat data yang secara fundamental positif. Pasar tidak memiliki arah yang jelas dan pelaku pasar cenderung berperilaku “buy the dips” yaitu melakukan pembelian setelah penurunan harga secara signifikan beberapa hari lalu. DJIA naik 0,49%, S&P 500 index naik 0,15%, dan NASDAQ composite naik 0,12%. Pagi ini pasar Asia dibuka mixed. Nikkei turun 1,21% dan Kospi Korsel naik tipis 0,04% (08.55 WIB).
Pasar ekuitas Jepang melemah setelah laporan kinerja perusahaan Jepang mengecewakan. Sharp Corp melaporkan kerugian pada Q3 tahun fiskal Jepang sebesar 24,7 miliar Yen. Sementara pada periode yang sama Toshiba melaporkan kerugian yang signifikan yaitu sebesar 516,7 miliar Yen. Toshiba dilaporkan akan menjual lini bisnis personal computer dan alat elektronik rumah tangga, untuk menyisihkan likuiditas bagi usaha intinya ke depan yaitu flash memory dan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Dari A, data initial jobless claim untuk minggu yang berakhir 30 Januari tercatat naik sebesar 8.000 menjadi 285.000, lebih besar daripada prediksi pelaku pasar sebesar 280.000. Meskipun demikian angka tersebut relatif masih rendah dan menunjukkan kinerja sector ketenagakerjaan AS masih cukup baik. US Labor Department hari ini akan mengumumkan data non-farm payroll, melengkapi rangkaian data ekonomi AS minggu ini. Pelaku pasar memperkirakan akan adanya lapangan kerja baru sebesar 180.000 (Desember sebesar 292.000).
Secara umum ekonomi AS cenderung melambat. Data ISM baik manufaktur maupun nonmanufaktur, data ADP, data initial jobless claim, tampak mengarah pada pelambatan ekonomi AS. Tentunya ini akan berdampak pada kemungkinan naiknya Fed fund rate yang diperkirakan tidak akan sesuai jadwal sebelumnya. Goldman Sachs memperkirakan kenaikan Fed Fund rate hanya akan terjadi 3 kali, maksimal, sejak Juni 2016. Masih dari AS, data produktivitas bisnis AS turun 3% yoy pada Q4. Untuk setahun penuh 2015, produktivitas hanya naik 0,6%, lebih rendah dari sepertiga tingkat pertumbuhan produktivitas US sejak akhir perang dunia II. Selain itu data pemesanan barang yang diproduksi di AS (orders of goods manufactured) turun 2,9% di bulan Desember, turun secara berturut-turut dalam lima bulan terakhir.
Dari Eropa European Commission (EC) menurunkan proyeksi inflasi zona Eropa tahun ini menjadi 0,5%, dibandingkan proyeksi inflasi sekitar 1% pada bulan November tahun lalu, dan tentu jauh dari target 2%. Perlambatan ekonomi di emerging market dan rendahnya harga komoditas termasuk minyak membuat inflasi berpotensi lebih rendah dari yang diperkirakan. Selain itu EC juga menurunkan target pertumbuhan ekonomi zona Eropa dari 1,8% menjadi 1,7% tahun ini. Penurunan proyeksi ini tentu akan menjadi pertimbangan ECB dalam memberikan tambahan stimulus di bulan Maret nanti. Sebelumnya ECB sudah menyatakan akan melakukan evaluasi terhadap stimulus yang telah diberikan sejauh ini untuk menyesuaikan terhadap perubahan kondisi dan outlook inflasi.
Masih dari Eropa, harga saham Credit Suisse turun 13% pada perdagangan kemarin setelah bank ini melaporkan kerugian pada Q4 sebesar 5,8 miliar Swiss Franc (USD5,8 miliar). Fixed income trading revenue turun 63% di Q4. Credit Suisse berencana melakukan layoff sebanyak 4.000 pekerja. Pelemahan kinerja Credit Suisse ini melengkapi kinerja negatif bank-bank besar di Eropa dan US. Deutsche Bank AG melaporkan kerugian operasi (net loss) sepanjang tahun 2015 sebesar 6,8 miliar Euro, termasuk net loss pada Q4 2015 sebesar 2,1 miliar Euro. UBS mengalami cash outflow dari divisi wealth-management business sebesar USD3,3 miliar. Sementara HSBC membekukan kenaikan gaji, bonus dan perekrutan pegawai sampai tahun 2017 dalam upayanya untuk menghemat pengeluaran sampai USD5 miliar sampai akhir 2017. Harga saham bank-bank besar telah turun lebih dari 20% sejak awal tahun karena kekhawatiran investor bahwa pelambatan ekonomi dan turunnya harga minyak akan berdampak pada kesehatan sektor perbankan. Terlebih dengan langka BOJ yang mengikuti ECB dengan tingkat bunga acuan yang negatif membuat profitabilitas bank turun. Ekspektasi bahwa the Fed tidak akan menaikkan tingkat bunga acuan dalam waktu dekat juga membuat investor menjual saham sektor perbankan. Harga saham Deutsche Bank tercatat turun 33,50% sejak akhir tahun 2015 lalu hingga tanggal 3 Februari 2016 (ytd), Standard Chartered bank turun 26,52% ytd, HSBC turun 16,18% ytd, UBS turun 20,90% ytd, Credit Suisse turun 32% ytd, dan Barclays turun 24,35% ytd.
Harga minyak ditutup turun. Pelaku pasar nampaknya mulai terbiasa dengan kenaikan atau penurunan harga minyak secara signifikan di kisaran USD30 per barrel. Secara fundamental, harga minyak masih akan tetap rendah karena tidak adanya aksi nyata untuk mengurangi output dan karena naiknya cadangan minyak US. WTI crude Nymex untuk pengiriman Maret turun USD0,56 (1,7%) ke level USD31,72 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman April turun USD0,58 (1,7%) ke level USD34,46 per barrel.
Yield UST 10 year turun 4 bps ke level 1,84%, sementara UST 30 year turun 4 bps ke level 2,67%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 43 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Di Eropa yield German bund tenor 10 tahun naik 3 bps ke level 0,30%.
Pasar SUN menguat, yield SUN tenor 10 tahun turun 6 bps ke level 8,10%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 64 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG pada penutupan kemarin naik 69,70 poin (1,52%) ke level 4.665,81. IHSG terus berada di teritori positif sepanjang sesi perdagangan kemarin. Year to date IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 1,58% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Asing membukukan net buy sebesar Rp361,3 miliar sehingga year to date asing membukukan net sell sebesar Rp1,91 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup menguat Rp130 ke level Rp13.640 per Dolar AS. NDF Rupiah 1M menguat Rp83 ke level Rp13.711. Persepsi risiko naik, CDS spread 5Y turun 4 poin ke level 242.
Secara umum tidak terdapat berita yang secara fundamental mampu menggerakkan pasar pada perdagangan kemarin. Rilis data ekonomi US yang tidak terlalu menggembirakan, dan kinerja bank-bank besar yang turun di tengah harga minyak yang kembali turun ternya secara umum direspons dengan naiknya harga saham. Investor cenderung berperilaku “buy the dips” karena harga saham yang cenderung sudah jatuh cukup tajam. (*)