Investasi Asuransi Jiwa Capai Rp541 Triliun di Maret 2025 Meski Pasar Bergejolak

Investasi Asuransi Jiwa Capai Rp541 Triliun di Maret 2025 Meski Pasar Bergejolak

Jakarta – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyatakan bahwa di tengah ketidakpastian global yang turut memicu gejolak pasar modal Indonesia pada awal tahun 2025, industri asuransi jiwa ikut terdampak, khususnya pada portofolio investasinya.

Ketua Bidang Keuangan, Permodalan, Investasi, dan Pajak AAJI, Simon Imanto, mengatakan bahwa dampak gejolak pasar tersebut tecermin pada total aset industri asuransi yang turun 0,6 persen menjadi Rp616,94 triliun per akhir Maret 2025.

Baca juga: Yuk! Menjaga Kedaulatan Sistem Pembayaran, Jangan Jadi Ayam Sayur

Sementara itu, Simon menyebut, total investasi untuk industri asuransi jiwa mencapai Rp541,00 triliun pada kuartal I-2025 atau turun 0,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp542,95 triliun.

“Selanjutnya di tengah dinamika pasar saham yang mewarnai gejolak tinggi industri asuransi jiwa, tentunya kami juga mempertahankan penempatan dananya di instrumen saham di mana berposisi kuartal I 2025 sebesar Rp119,79 triliun,” ucap Simon dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 4 Juni 2025.

Investasi di SBN Tumbuh Signifikan

Hal itu tentunya juga didukung oleh portfolio investasi industri asuransi jiwa pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN) yang tumbuh signifikan sebesar 12,9 persen menjadi Rp214,23 triliun, di mana pada periode tahun sebelumnya senilai Rp189,82 triliun.

“Penempatan di SBN menunjukkan komitmen industri asuransi untuk berperan aktif dalam mendukung pembiayaan negara, sejalan dengan regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menekankan aspek kehati-hatian dan keberlanjutan,” imbuhnya.

Baca juga: BI Jawab Kritik soal Pembelian SBN: Sudah Dihitung Dampaknya

Adapun penempatan instrumen investasi industri asuransi jiwa pada portofolio sukuk korporasi juga meningkat sebanyak 12,3 persen menjadi Rp51,67 triliun, dengan kontribusi sebesar 9,6 persen.

Sementara itu, untuk portofolio reksa dana dan deposito mengalami penurunan masing-masing sebanyak 10,5 persen menjadi Rp65,79 triliun dan 7,9 persen menjadi Rp36,43 triliun. (*)

Editor: Yulian Saputra

Netizen +62