Jakarta – Bagi Heni Sri Sundani (36), mantan TKI yang pernah bekerja selama enam tahun di Hong Kong, kelola uang jelang Lebaran bukan hal baru. Ia yang menjadi sociopreneur dan pendiri gerakan Anak Petani Cerdas ini pun mengajak masyarakat, khususnya para TKI untuk pandai mengelola keuangan.
Sebab, kata dia, para TKI memiliki tantangannya sendiri selama bulan yang suci ini, mulai dari durasi puasa yang lebih panjang dibanding di Indonesia, hingga waktu makan yang bertentangan dengan para majikan.
Namun, tantangan terbesar terletak dalam mengelola keuangan, mengingat mereka tidak hanya bertanggung jawab atas kehidupan sendiri di luar negeri, tetapi juga harus menghidupi keluarga di Tanah Air.
Nah, seperti apa tips dalam mengelola keuangan yang lebih baik jelang Lebaran ala Heni yang pernah masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30?
1. Tetapkan Skala Prioritas
Berdasarkan pengalaman Heni, penting bagi pekerja migran untuk memiliki skala prioritas. Pada dasarnya, tidak semua hal perlu dibeli, terkadang kita membeli hal-hal hanya untuk memenuhi keinginan kita, bukan apa yang kita butuhkan.
Baca juga : Intip 5 Tips Maksimalkan THR untuk Masa Depan
Selain itu, timbul perasaan ingin bersaing dengan orang lain, misalnya dengan membeli mukena baru untuk salat Idul Fitri.
Penting bagi Heni untuk membedakan kebutuhan dari keinginan dan menahan diri dari godaan, apalagi bagi pekerja migran yang memiliki tanggung jawab ganda.
2. Mulailah Menyiapkan Rencana Keuangan dengan Matang
Sejak awal Ramadan, pengeluaran para TKI seringkali meningkat, mulai dari pengiriman uang ke keluarga di awal bulan untuk memenuhi kebutuhan dasar, hingga kiriman lebih besar menjelang Idul Fitri sebagai bentuk tradisi memberi uang saku Lebaran.
Oleh karena itu, Heni menyarankan agar anggaran untuk bulan suci Ramadan sebaiknya direncanakan jauh-jauh hari.
Begitu pula untuk kebutuhan menjelang lebaran, Heni sendiri biasanya mulai menyisihkan uang di awal Ramadhan mengingat bahwa puasa menjadi momen pas untuk berhemat dan menabung.
Dengan mempersiapkan diri dari awal Ramadhan, kebutuhan menjelang Lebaran dapat diatasi dengan efisien tanpa terburu-buru.
3. Manfaatkan Platform Remitansi yang Murah dan Transparan untuk Mengirim Uang ke Indonesia
Para TKI masih sering menghadapi tantangan saat mengirim uang ke Indonesia, mengandalkan metode yang rumit seperti menitip uang pada teman yang mudik, atau menggunakan penyedia layanan remitansi tradisional.
Banyak yang tidak menyadari bahwa layanan pengiriman uang tradisional dapat menimbulkan biaya yang lebih tinggi karena adanya biaya tersembunyi dan nilai tukar tinggi. Biaya ini seringkali tidak diungkapkan oleh penyedia layanan.
Baca juga : Simak! Ini 5 Tips Mudik Aman dan Nyaman Saat Lebaran
Menurut World Bank, rata-rata biaya pengiriman uang global adalah 6,04 persen—ini berarti ketika seorang TKI mengirim Rp5.000.000 ke Indonesia, ia dapat dikenakan biaya sekitar Rp300.000. Akibatnya, keluarga di Indonesia seringkali menerima jumlah uang yang lebih sedikit dari yang mereka harapkan.
“Dulu, aku sempat magang di salah satu penyedia layanan remitansi di Hong Kong, dan memang dikenakan berbagai macam biaya yang cukup besar untuk mengirim uang ke Indonesia. Banyak teman-teman TKI saya juga harus mengeluarkan biaya lain di luar transaksi, seperti biaya transportasi untuk ke bank, dan sebagainya,” jelasnya, dikutip Sabtu (30/03).
Heni menjelaskan, ia menggunakan Wise untuk mengirim uang kepada keluarganya di Indonesia. Wise menyediakan layanan pengiriman uang ke lebih dari 70 negara di seluruh dunia dengan nilai tukar pasar tengah yang dapat ditemukan di Google atau Reuters, tanpa markup nilai tukar, dan mengenakan biaya rata-rata sebesar 0,65 persen.
“Dengan cara ini, saya dan keluarga saya di Indonesia bisa memaksimalkan uang hasil kerja keras kami saat Idul Fitri,” tutup Heni. (*)
Editor: Galih Pratama