Poin Penting
- Superbank akan IPO pada 17 Desember 2025, menawarkan 4,40 miliar saham (13 persen modal) dengan target dana Rp3,06 triliun pada harga Rp525–695 per saham
- Kinerja kuartal III 2025 menunjukkan lonjakan signifikan: laba sebelum pajak mencapai Rp80,9 miliar, pendapatan bunga bersih naik 176 persen yoy, dan penyaluran kredit tumbuh 84 persen yoy
- DPK melonjak 203 persen yoy menjadi Rp9,8 triliun, total aset naik 70 persen yoy menjadi Rp16,5 triliun, disertai perbaikan efisiensi (CIR turun ke 70,14 persen).
Jakarta – PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) atau Superbank akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 17 Desember 2025.
Superbank diperkirakan akan meraih dana segar sekitar Rp3,06 triliun melalui Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO).
Dalam IPO itu, Superbank menawarkan 4,40 miliar saham atau 13 persen dari modal ditempatkan, dengan harga penawaran berkisar Rp525-695 per saham.
Lebih lanjut, Superbank juga berkomitmen untuk membagikan dividen kepada seluruh pemegang saham sebanyak 85 persen dari laba bersih tahun berjalan setelah IPO dan Perseroan membukukan saldo laba positif.
Perseroan berencana untuk membagikan dividen berdasarkan laba tahun buku 2029 dengan memperhatikan ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) dan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca juga: Superbank Bakal IPO Bulan Depan, Incar Dana Rp3,06 Triliun
Kinerja Terbaru Superbank
Lalu, bagaimana kinerja terbaru Superbank?
Hingga kuartal III 2025, kinerja keuangan Superbank terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Di sembilan bulan pertama 2025, Superbank mencatat laba sebelum pajak sebesar Rp80,9 miliar.
Kenaikan laba itu didukung oleh lonjakan pendapatan bunga bersih sebesar 176 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp1,1 triliun.
Tidak hanya dari sisi laba, Superbank juga mencatat pertumbuhan penyaluran kredit hingga 84 persen secara tahunan menjadi Rp9,04 triliun di kuartal III 2025.
Kualitas penyaluran kredit tersebut juga terjaga. Ini tercemin dari tingkat kredit macet atau non-performing loan (NPL) gross di level 2,83 persen, sedangkan NPL net di posisi 1,21 persen pada September 2025.
Dari sisi funding, Dana Pihak Ketiga (DPK) Superbank tercatat melonjak 203 persen yoy menjadi Rp9,8 triliun.
Baca juga: OJK Soal IPO Superbank: Belum Dapat Update
Realisasi kredit dan DPK tersebut mampu mendongkrak pertumbuhan total aset hingga 70 persen yoy menjadi Rp16,5 triliun.
Superbank juga berhasil menekan Cost to Income Ratio (CIR) yang turun drastis ke 70,14 persen dari sebelumnya 149,65 persen, sementara Net Interest Margin (NIM) melonjak ke 10,64 persen.
Adapun Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di posisi yang sehat di level 92 persen. Ini mencerminkan pengelolaan likuiditas yang efektif. (*)
Editor: Galih Pratama










