Intip Keunikan 5 Adat yang Terkenal dari Kota Semarang

Intip Keunikan 5 Adat yang Terkenal dari Kota Semarang

Siapa yang tidak mengenal Semarang? Kota metropolitan terbesar ke-5 di Indonesia ini telah berdiri sejak tahun 1547. Sudah lama sekali, bukan? Semarang memiliki julukan Venetië van Java karena kota memiliki banyak sungai yang tersebar di tengah kota, seperti halnya Kota Venesia di Italia. Selain terdapat berbagai tempat wisata yang menarik, Semarang juga mempunyai bermacam-macam tradisi yang unik.
Nah, apa saja adat atau tradisi unik yang populer di kota tersebut? Temukan jawabannya berikut ini.

1. Dugderan
Bulan Ramadan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia, Setiap tempat memiliki tradisi atau kegiatan tersendiri dalam menyambut bulan tersebut. Salah satunya adalah tradisi Dugderan yang diadakan di Semarang. Festival rakyat ini biasanya diadakan di jalan-jalan tertentu dan dimeriahkan dengan pawai, beduk, dan kembang api.

Salah satu hal yang menjadi ciri khas dari Dugderan adalah Warak Ngendhog, yaitu makhluk rekaan yang menjadi penyatuan kebudayaan dari berbagai etnis di Semarang. Tubuhnya berbentuk unta yang berasal dari Arab, kepala naga dari kebudayaan Cina, dan empat kaki kambing dari budaya etnis Jawa. Warak Ngendhog menjadi pusat perhatian utama dan diarak selama festival berlangsung.

2. Popokan
Berikutnya adalah tradisi Popokan yang diadakan setiap bulan Agustus, tepatnya pada Jumat Kliwon. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat lokal dengan saling melempar lumpur. Namun, kegiatan ini tidak disertai dengan emosi yang negatif, melainkan dilaksanakan dengan riang dan sukacita. Tradisi ini merupakan simbol penolak bala dan wujud rasa syukur warga terhadap melimpahnya hasil panen.
Popokan telah diwariskan secara turun-temurun dan berawal dari seekor macan yang masuk ke Desa Sendang. Macan ini berbuat kerusakan dan tidak mau pergi meskipun sudah diusir dengan senjata. Seorang pemuka adat menyarankan masyarakat untuk melemparkan tanah atau lumpur, lalu macan pun pergi dari desa. Popokan berarti pembersihan diri dan penghapusan kejahatan tanpa perlu melakukan kekerasan.

3. Megengan
Sama halnya dengan Dugderan, tradisi ini dilaksanakan untuk menyambut bulan suci Ramadan. Megengan artinya menahan dalam bahasa Jawa. Perayaan ini dimaksudkan agar umat Islam harus bisa menahan untuk melakukan perbuatan buruk yang dapat mengurangi pahala atau bahkan membatalkan puasa. Megengan bisa dilakukan dengan berziarah ke makam, mengadakan pengajian, dan makan bersama.

Makanan khas yang bisa Anda jumpai saat tradisi ini dilakukan adalah telur mimi dan ketupat sumpil. Telur mimi adalah telur ikan pari yang tidak bisa ditemui setiap hari atau hanya setahun sekali. Proses memasaknya membutuhkan cara khusus agar tidak beracun. Uniknya, ikan pari hanya bertelur menjelang bulan Ramadan. Oleh karena itu, jika berkunjung ke Semarang saat menjelang Ramadan, Anda perlu mencoba telur mimi yang dimakan bersama ketupat sumpil.

4. Padusan
Menurut budaya Jawa, Padusan dilakukan untuk menyucikan diri menjelang bulan Ramadan agar raga dan jiwa menjadi bersih. Padusan berasal dari kata adus dalam bahasa Jawa yang berarti mandi. Masyarakat akan berbondong-bondong mandi bersama di sumber mata air. Tidak hanya menjelang Ramadan, Padusan juga bisa dilaksanakan untuk menyambut Idulfitri maupun Iduladha.

5. Siraman
Siraman merupakan sebuah adat yang dilakukan pada saat pernikahan. Calon pengantin akan disirami dengan air yang bersumber dari tujuh sumber mata air dan diberi taburan bunga-bunga khusus. Syarat jumlah orang-orang yang bertugas menyiramkannya harus berjumlah ganjil, misalnya tujuh atau sembilan orang.

Demikian lima tradisi unik dan populer yang ada di Kota Semarang. Apakah Anda tertarik untuk pergi ke Semarang dan menyaksikan langsung bagaimana tradisi-tradisi tersebut dilakukan oleh masyarakat lokal? Jika hendak berlibur ke sana dan ingin booking hotel online, Anda bisa gunakan aplikasi Airy untuk mencari hotel di Semarang dengan mudah dan cepat.

Related Posts

News Update

Top News