Jakarta – Perselisihan perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia yakni Amerika Serikat (AS) dan China dengan cepat berubah menjadi lebih buruk setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif impor baru untuk semua barang China sebesar 10 perswn atau senilai US$300 miliar yang akan berlalu 1 September 2019.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, dalam transaksi hari ini saja, nilai tukar Rupiah sempat melemah ke level 14.350/US$ karena imbas dari eksternal yang cukup kuat namun Bank Indonesia cukup mampu mengintervensi pasar.
“Tetapi dalam sesi siang rupiah kembali tertahan pelemahannya karena data internal yang terus melakukan intervensi sehingga rupiah sempat terkoreksi di 14.255 walaupun ditutup masih melemah di bandingkan penutupan kemarin,” kata Ibrahim melalui keterangan resminya kepada Infobank di Jakarta, Selasa, 6 Agustus 2019.
Menurutnya, Bank Indonesia terus mengamati kondisi global yang terus memburuk serta terus melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi negara melalui pasar DNDF (Domestic Non-Deliverable Forwards).
Tak hanya itu, survei Konsumen BI pada Juli 2019 mengindikasikan kepercayaan konsumen tetap terjaga, di mana (IKK) Indek Keyakinan Konsumen tetap berada pada level optimis yaitu sebesar 124,8, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 126,4.
“Optimisme konsumen yang tetap terjaga itu ditopang oleh ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan yang membaik,” tambah Ibrahim.
Sebagai informasi, pada penutupan perdagangan hari ini, (6/8) Kurs Rupiah berada di level Rp14.260/US$ posisi tersebut lebih baik dibandingkan pembukaan perdagangan tadi (6/8) yang masih berada di level Rp14.300/US$.
Sementara, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, (6/8) kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.344/US$ melemah signifikan dari posisi Rp14.231/US$ pada perdagangan kemarin (5/8). (*)
Editor: Paulus Yoga