Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mendongkrak inklusi keuangan melalui transformasi digital atau digitalisasi yang dipadukan dengan layanan fisik atau dengan konsep hybrid bank.
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, bahwa digitalisasi memiliki implikasi terhadap penurunan operational cost & operation risk.
“Sebagai bank yang fokus di micro finance tantangannya ada dua. Satu adalah operational cost-nya tinggi & operational risk-nya tinggi, dan cara men-shoot trouble itu adalah dengan digitalisasi. Digitalisasi akan langsung menurunkan operational cost maupun operational risk, digitalisasi,” ujar Sunarso 18 Oktober 2022.
Lebih lanjut, BRI come up with hybrid bank concept. Jadi itulah kemudian BRI datang dengan strategi hybrid bank. Jadi digitalisasi tengah BRI siapkan dari sekarang untuk menjangkau masyarakat yang sudah digital dan juga untuk ke depan.
“Tetapi, kemudian masyarakat yang sekarang belum digital, tetap harus kita layani dengan konsep Hybrid Bank,” pungkas Sunarso.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN RI Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, momentum transformasi digital di perusahaan BUMN semakin menunjukan dampak positif, baik terhadap pertumbuhan bisnis maupun dampak sosial kepada masyarakat. BUMN juga punya peranan besar dalam meningkatkan target 90% inklusi keuangan di Indonesia yang diusung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2024.
“Di BRI, bank BUMN terbesar dan berbasis pelanggan terbesar dapat memberikan layanan ke segmen yang unbankable. Hal ini dilakukan secara konsisten dengan pendekatan offline and online interaction. Bagi mereka yang belum familiar dengan digitalisasi layanan, BRI secara konsisten melakukan edukasi dan digitalisasi business process secara gradual,” ujar Kartika.
Lebih lanjut, Kartika menyampaikan inovasi branchless banking Agen BRI Link BRI dinilai mampu mendorong inklusi keuangan di Indonesia. Melalui Agen BRI Link, kata Kartika, layanan perbankan dapat hadir secara lebih dekat, dengan tetap menjalankan sentuhan digitalisasi di dalamnya.
“AgenBRILink berperan penting dalam melayani kebutuhan transaksi masyarakat, khususnya di wilayah-wilayah yang belum dapat dijangkau oleh bank,” tambahnya.
Agen BRI Link telah menjangkau lebih dari tiga per empat atau 77% desa di Indonesia. Adapun hingga akhir September 2022, jumlah AgenBRILink telah mencapai 597.177 agen dengan jangkauan hingga ke 58.095 desa.
Inovasi lain yang diapresiasi adalah digitalisasi business process BRI melalui BRISPOT. Kartika menjelaskan bahwa inisiatif ini menjadi solusi bagi BRI dalam menghadapi tantangan restrukturisasi kredit. Seperti diketahui, BRI menjadi bank dengan jumlah restrukturisasi kredit terbesar di masa pandemi ini sebesar Rp249,33 triliun.
“BRI harus merestrukturisasi rekening 3,3 juta rekening dengan nilai hampir Rp250 triliun dan BRI dapat melakukannya dengan BRISPOT. Kalau tidak, tidak mungkin merestrukturisasi dengan nilai sebanyak itu hanya dengan interaksi fisik, semua ini dilakukan dengan menambahkan digitalisasi,” paparnya. (*) Irawati