Indonesia perlu mempertahankan pertumbuhan pasar keuangan jika ingin jadi negara G7. Ria Martati
Jakarta–Pasar keuangan Indonesia saat ini dinilai masih tertinggal dibanding negara Asia lain. Padahal pasar keuangan yang berkembang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Jika Indonesia ingin menjadi negara ekonomi G7 pada tahun 2030, maka perlu untuk mempertahankan pertumbuhan pasar modal dan untuk melakukan hal ini dimulainya serangkaian langkah-langkah reformasi yang bertujuan untuk mendukung pendalaman keuangan sangat dibutuhkan,” kata Bernhard Kotanko, Kepala Asia Pasifik, Oliver Wyman dalam acara Mandiri Institute Financial Deepening Seminar di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin, 7 September 2015.
Pendalaman pasar keuangan itu menurutnya menyontoh dari negara lain, diperlukan adanya upaya terintegrasi dalam pengembangan pasar keuangan. Seperti di Korea, yang mengembangkan pasar obligasi dengan menciptakan likuiditas yang cukup dengan undang-undang ketenagakerjaan yang mewajibkan dana pensiun. Kemudian Singapura yang mengembangkan pasar modal tahun 1980-1990-an dengan mendorong BUMN menjadi perusahaan publik. Contoh lainnya soal pengembangan infrastruktur pasar adalah Afrika Selatan yang bekerjasama dengan London Stock Exchange.
“Ada satu pola yang umum yaitu adanya upaya terintegrasi yang terorganisir dengan baik, dan itu baik untuk Indonesia, salah satu rekomendasi kami adalah membentuk satgas yang bekerja dalam satu payung,” tambah Bernhard.
Dia juga mengatakan pendalaman pasar keuangan dan pertumbuhan ekonomi harus berjalan beriringan.
“Asia Tenggara berkembang pesat dalam kemajuan keuangan, dan roadmap yang kami kembangkan dengan 40 inisiatif juga dapat menjadi masukan berharga untuk negara berkembang lain di Asia, seperti Vietnam, Filipina dan Myanmar,” tandasnya. (*)