Labuan Bajo — Pandemi Covid-19 bagi industri perbankan di Indonesia justru mendatangkan berkah. Hal ini terjadi karena industri perbankan melakukan inovasi digital yang menjadi pemicu bertumbuhnya bank-bank digital.
Ketua Umum Perbanas Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, di masa pandemi, tingkat profitabilitas perbankan nasional masih stabil, bahkan bertumbuh. Hal ini terlihat dari peningkatan margin laba bersih dua digit mencapai hampir 47 persen (yoy) dengan nilai Rp134,8 triliun per 22 Agustus.
“Margin bunga di bank-bank besar di Indonesia lebih dari 5%, melebihi rata-rata industri yang sebesar 4,7%. Pertumbuhan ini didukung oleh likuiditas perbankan yang memadai dan dana murah,” ujar Tiko, sapaan Wamen BUMN itu, saat membuka “50th ASEAN Banking Council (ABC) Meeting” di Labuan Bajo, NTT, Jumat, 2 Desember 2022.
Kemampuan industri perbankan nasional menjaga pertumbuhan, lanjut Tiko, ditopang oleh inovasi yang muncul dari bank konvensional melalui solusi digitalnya.
“Seperti Super Apps Livin by Mandiri yang merupakan salah satu hasil nyata dari transformasi digital di sektor perbankan. Per September 2022 lalu nilai transaksinya mencapai Rp1.716 triliun,” ungkap Tiko.
Selain itu, kata dia, berkat dukungan OJK dan BI, di masa pandemi bermunculan sejumlah bank digital native baru yang merupakan transformasi dari bank kecil dan konvensional,
“Seperti Bank Artos, bank umum konvensional bertransformasi menjadi bank digital bernama Bank Jago,” ujar Tiko di depan sekitar 200 delegasi bankir se-ASEAN.
Bank digital, kata dia, dapat menjawab berbagai tantangan dan permasalahan keuangan di era teknologi saat ini. Dengan proses e-KYC yang full digital, pengguna juga dapat melakukan budgeting melalui fitur yang dapat dipersonalisasi sesuai kebutuhan.
“Dalam kurun waktu dua tahun beroperasi, Bank Jago mampu membukukan kinerja yang sangat baik dengan membukukan laba sebesar Rp41 miliar,” ungkapnya. (*) DW