Jakarta– Di Industri musik Tanah Air, nama Fajar Satritama sudah tidak asing terdengar. Ia dikenal luas sebagai drummer senior dari band papan atas, Edane dan God Bless yang memiliki puluhan juta penggemar.
Namun siapa sangka sosok yang biasanya tampil sangar dengan kostum yang serba hitam di atas panggung ini adalah seorang bankir profesional yang kini menjabat sebagai Direktur KB Bukopin Finance (KBBF).
Penggebuk drum bergenre rock ini pada awalnya memang tidak menyangka bahwa dirinya akan menggeluti dua profesi berbeda. Ya! menjadi drummer dan bankir.
Saat didatangi tim Infobank, ia bercerita bahwa saat bergabung dengan Band Edane, ia berstatus sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Setelah lulus di tahun 1995, Fajar kemudian berpikir untuk melanjutkan karier di bidang keilmuan yang ia yakini pada saat itu adalah panggilan hatinya.
“Waktu kuliah saya diajak Edane. Jadi saya pemikirannya gue udah capek-capek kuliah di ilmu hukum UI, setengah mati itu dan gue udah dapat sarjana masa gue nggak bisa manfaatin, sayang juga. Akhirnya saya diterima program MDP Bank Danamon. Waktu itu saya dan Edane lagi pengerjaan album Borneo,” kenang Fajar.
Fajar lantas menyampaikan niatnya itu ke Eet Sjahranie, sang gitaris yang sekaligus leader Band Edane. Di ingatannya, ia meminta Eet untuk berbicara kepada anggota band agar dapat memaklumi keputusannya itu.
Baca juga: Alhamdulillah! KB Bukopin Finance Sudah Turnaround Tahun Ini
Baca juga: KB Bank Beri Suntikan Pembiayaan untuk Vendor Tripatra
Di saat itu pula, Fajar pun sudah ‘legowo’ jika anggota band tidak setuju atas sikapnya, sehingga ia siap untuk berhenti dan bermanuver ke jalur perbankan. Namun, takdir berkata lain. Keputusan Fajar tersebut justru mendapat sambutan hangat dari Eet dan rekan-rekan.
“Mereka kaget juga. Tapi ternyata setelah dipertimbangkan beberapa minggu kemudian mereka menghubungi saya dan bilang ‘Jar nggak apa-apa deh, MDP kan 11 bulan, kita menyesuaikan jadwal lo aja’. Mungkin yang main drum itu banyak tapi chemistry menurut mereka itu yang susah didapat,” bebernya.
Keberhasilan Fajar dalam memanfaatkan dua profesi berbeda itu berlanjut sampai sekarang. Fajar bahkan tidak merasa terbebani dengan rutinitas yang begitu padat ini.
Menurunya, kunci keberhasilan yang membuatnya menjadi besar saat ini adalah komitmen dan manajemen waktu. Di saat jam kerja kantor, ia memanfaatkan waktu untuk konsolidasi, membangun rencana strategis, dan menjaring kerja sama.
Namun, setelah rutinitas usai, Fajar kembali ke studio untuk latihan bersama Edane. Di lain hari setelah pulang kerja, ia juga berkumpul dan latihan bersama God Bless.
Pria kelahiran 11 Juli 1980 ini membagi dan mematangkan setiap waktu yang ada untuk menggelar tur konser tanpa harus mengganggu tanggung jawabnya sebagai direktur di KB Bukopin Finance. Sehingga di satu sisi ia tidak mengecewakan pemegang saham dan di sisi lain ia tidak mengecewakan penggemarnya.
“Kalau saya sih gampang, pokoknya gue bisa paling jam 8 malam habis pulang kantor. Edane itu khususnya, kalau latihan malam selesai saya pulang kantor mostly-nya kebanyak di weekend. Kalau teman-teman Edane kan usianya nggak terlalu beda dan mereka sudah biasa,” jelasnya.
Sosok Fajar di dunia perbankan memang bukan ‘kaleng-kaleng’. Sebelum menjabat sebagai direktur di KB Bukopin Finance, ia bekerja di Bank Danamon.
Pada tahun 2000, ia kemudian pindah ke Bank NISP, yang kini berganti nama menjadi Bank OCBC. Sekitar 10 tahun meniti karier di NISP, ia beranjak ke Singaporean Bank. Lalu, pada 2010-2017 ia menjajaki karier di Industrial and Commercial Bank of China (ICBC).
Selepas itu, ia diajak oleh mantan bosnya masuk ke Bank Ganesha untuk memperkuat portofolio kredit otomotif dan finance company.
“Nggak lama dari Bank Ganesha saya ditawari ke Reliance Finance untuk mengisi kekosongan management. Yaudah, ada opportunity saya pindah ke industri financing di tahun 2018-2021. Terus saya ditawarkan masuk bagian direksi di KB Bukopin Finance di 2021 sampai sekarang ini,” pungkas Fajar. (*) Ranu Arasyki Lubis