Jakarta – Sekarang ini ada lebih dari 2.000 perusahaan sawit yang beroperasi di Indonesia. Mereka menggarap sebagian perkebunan sawit di negeri ini yang luas totalnya mencapai 15,08 juta hektare. Dari bisnis sawit — bersama batu bara, menghasilkan uang lebih dari Rp3 ribu triliun. Jauh lebih besar ketimbang APBN 2022 yang sebesar Rp1.800-an triliun.
Di kelompok perusahaan sawit, dari data riset TuK Indonesia yang diolah kembali oleh Biro Riset Infobank (birI), sebanyak 25 grup perusahaan kelapa sawit menguasai lahan seluas 5,2 juta hektare (data 2017). Dengan total lahan lebih dari 5 juta hektare, ke-25 grup usaha ini menguasai hampir 40% atau persisnya 38,59% dari total luas area sawit di Indonesia.
Menilik sejarah para taipan di bisnis sawit Indonesia, Infobank mencatat, ada banyak kemudahan yang mereka dapat dari pemerintah di awal usahanya, sejak masa Orde Baru. Kemudahan itu, misalnya, diberikan konsesi lahan, mendapat kredit perkebunan low price dengan syarat yang ringan, lalu, ketika harga sawit turun, pemerintah mengintervensi lewat kebijakan. Singkatnya, boleh dibilang, modal celana pendek sudah bisa jadi juragan sawit.
Sejumlah nama konglomerat papan atas negeri ini mengisi daftar 25 taipan sawit dalam riset TuK Indonesia itu. Para taipan sawit ini tidak semuanya berasal dari Indonesia. Beberapa di antaranya berasal dari Malaysia dan satu dari Skotlandia.
Siapa saja ke-25 taipan sawit itu? Temukan jawabannya di Majalah Infobank No.530, edisi Juni 2022. (AN)
Klik untuk berlangganan