Jakarta – Memasuki pertengahan 2024, perkembangan industri perbankan masih dibayangi oleh memanasnya tensi geopolitik dan tantangan eksternal perekonomian global sebagai dampak konflik Timur Tengah, serta Rusia-Ukraina.
Tidak hanya itu, kebijakan suku bunga global yang saat ini masih cenderung higher for longer, pertemuan ekonomi antar negara yang mengalami divergensi, belum bolehnya aktivitas manufaktur global, serta disrupsi rantai pasok yang memicu sejumlah harga komoditas masih menjadi tantangan industri perbankan.
Meski begitu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan bahwa, kinerja industri perbankan Indonesia di April 2024 masih tetap resilien dan stabil yang terlihat dari peningkatan kredit sebanyak Rp66,05 triliun atau tumbuh 0,91 persen secara bulanan.
“Adapun secara tahunan, kredit melanjutkan capaian double digit growth sebesar 13,09 persen year-on-year menjadi Rp7,310,7 triliun. Kredit UMKM juga tercatat meningkat sebesar 7,30 persen year-on-year dari sebelumnya 6,83 persen, sehingga porsi kredit UMKM terjaga di kisaran 20 persen,” ucap Dian dalam Webinar secara virtual di Jakarta, 25 Juni 2024.
Baca juga: Intip 4 Peran Perbankan dalam Menjaga Pertumbuhan dan Daya Beli Masyarakat
Sejalan dengan pertumbuhan kredit, kualitas kredit atau non-performing loan (NPL) industri perbankan hingga saat ini masih tetap terjaga di bawah 5 persen, di mana rasio NPL net perbankan tercatat sebesar 0,81 persen, sementara rasio NPL gross pada posisi 2,33 persen.
“Secara umum perbankan masih sangat optimis dengan proyeksi penyaluran kredit di tahun 2024 yang sejalan dengan pencapaian atau realisasi pertumbuhan kredit di April 2024 dengan tren NPL yang akan menurun hingga akhir tahun,” imbuhnya.
Dian menambahkan, OJK masih akan menargetkan pertumbuhan kredit pada rentang 9-11 persen yang sesuai dengan proyeksi pada awal tahun, dan sejalan dengan fungsi intermediasi perbankan yang berjalan baik hingga saat ini.
“Proyeksi pertumbuhan kredit tersebut diperkirakan dapat dicapai sebagaimana terlihat dari undisbursed loan yang meningkat 10,60 persen dari tahun sebelumnya yang berarti perbankan telah mengalokasikan rencana penyaluran kredit ke depan,” ujar Dian.
Selain pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami peningkatan sebanyak 0,60 persen secara bulanan atau secara tahunan mengalami pertumbuhan sebanyak 8,21 persen menjadi Rp8.653 triliun, dengan Giro menjadi kontributor utama yang naik 11,81 persen yoy.
Baca juga: Kredit Perbankan Tumbuh 12,15 Persen di Mei 2024, BI Ungkap Pendorongnya
Lalu, tingkat permodalan atau CAR perbankan juga masih di level yang cukup tinggi, yaitu sebesar 25,99 persen, sehingga menjadi bantalan dalam memitigasi risiko yang solid di tengah ketidakpastian global tersebut.
Diketahui, likuiditas perbankan sepanjang tahun masih tetap terjaga yang dibuktikan melalui rasio alat likuid non-core deposit (ALNCD) dan alat likuid ke DPK (ALDPK) masing-masing sebesar 126,96 persen dan 28,58 persen per Mei 2024, jauh di atas threshold sebesar 50 persen dan 10 persen. (*)
Editor: Galih Pratama