Inflasi November 2025 Tembus 2,72 Persen, Emas Perhiasan Jadi Penyumbang Terbesar

Inflasi November 2025 Tembus 2,72 Persen, Emas Perhiasan Jadi Penyumbang Terbesar

Poin Penting

  • Inflasi tahunan (yoy) November 2025 mencapai 2,72 persen, dengan inflasi bulanan 0,17 persen dan ytd sebesar 2,27 persen.
  • Emas perhiasan, tarif angkutan udara, bawang merah, dan wortel menjadi pendorong utama inflasi, dipicu faktor global, musiman, dan penurunan produksi pangan.
  • Inflasi terjadi di seluruh provinsi secara tahunan, dengan Riau tertinggi 4,27 persen dan Sulawesi Utara terendah 0,65 persen; 28 provinsi inflasi dan 10 provinsi deflasi secara bulanan.

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) per November 2025 mencapai 2,72 persen. Sementara inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) tercatat sebesar 2,27 persen, dan inflasi bulanan (mont-to-month/mtm) naiki 0,17 persen dibandingkan Oktober 2025.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Puji Ismartini, menyebut tekanan inflasi dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, mulai dari kenaikan harga emas internasional, naiknya tarif penerbangan menjelang akhir tahun, hingga produksi bawang merah yang turun ke titik terendah sepanjang 2025.

Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang inflasi bulanan terbesar, dengan kenaikan 1,21 persen dan andil sebesar 0,09 persen. Komoditas emas perhiasan kembali menjadi pendorong utama inflasi kelompok tersebut.

“Emas perhiasan menjadi komoditas penyumbang terbesar dalam kelompok ini dan telah mencatat inflasi selama 27 bulan berturut-turut. Pada November 2025, emas perhiasan mengalami inflasi sebesar 3,99 persen dengan andil inflasi 0,08 persen,” terangnya pada Senin, 1 Desember 2025.

Baca juga: Hati-Hati Promo Tiket Pesawat Murah di Libur Akhir Tahun, OJK Sebut Banyak Korban Tertipu

Selain itu, tarif angkutan udara memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen pada November 2025. Kenaikan ini sejalan dengan pola musiman periode Oktober-Desember ketika permintaan perjalanan meningkat dan masa promo maskapai telah berakhir.

Pangan dan Ketimpangan Inflasi Wilayah

Dari kelompok pangan, bawang merah dan wortel menjadi komoditas pendorong inflasi bulanan dengan andil masing-masing sebesar 0,03 persen dan 0,02 persen. Namun, beberapa komoditas pangan justru mengalami deflasi dan menahan laju inflasi bulanan.

“Daging ayam ras, cabai merah, dan telur ayam ras mengalami inflasi setelah sebelumnya mengalami inflasi dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,03 persen, 0,02 persen, dan 0,01 persen,” katanya.

Baca juga: Dampak Inflasi Emas, Ekonom Ingatkan Pemerintah Jaga Ekspektasi Pasar

Sementara itu, inflasi berdasarkan wilayah menunjukkan ketimpangan yang cukup signifikan. Secara bulanan, ada 28 provinsi mengalami inflasi, sementara 10 provinsi lainnya mengalami deflasi.

Jika dirinci, inflasi bulanan tertinggi terjadi di Papua yaitu sebesar 1,69 persen dan deflasi bulanan terdalam terjadi di Aceh yaitu sebesar 0,67 persen. Namun, jika melihat secara tahunan, seluruh provinsi di Indonesia mengalami inflasi.

“Inflasi (tahunan) tertinggi terjadi di Riau yaitu sebesar 4,27 persen dan inflasi terendah terjadi di Sulawesi Utara yaitu sebesar 0,65 persen,” ujarnya.

Baca juga: Program MBG Dorong Lonjakan Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras

Sementara, secara tahunan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar inflasi yoy, mencapai 4,25 persen dengan andil 1,22 persen. Cabai merah menjadi komoditas dengan kontribusi inflasi tahunan tertinggi, diikuti beras, ikan segar, dan telur ayam ras.

BPS juga mencatat kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan masih mengalami deflasi tahunan tipis pada November 2025. Adapun komponen harga bergejolak mencatat inflasi yoy 5,48 persen, dipicu komoditas hortikultura dan pangan segar. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Related Posts

News Update

Netizen +62